Perkenalkan saya Rahmat Aji Widodo, anak pertama dari 3 bersaudara datang dari keluarga petani sederhana yang secara ekonomi berada di level menengah ke bawah, ada pepatah "tough conditions make great people", itu yang saya alami selama ini dimana di dalam diri saya terpantik rasa semangat untuk mer....
Perkenalkan saya Rahmat Aji Widodo, anak pertama dari 3 bersaudara datang dari keluarga petani sederhana yang secara ekonomi berada di level menengah ke bawah, ada pepatah "tough conditions make great people", itu yang saya alami selama ini dimana di dalam diri saya terpantik rasa semangat untuk merubah nasib keluarga saya.
Saya datang dari keluarga yang tidak memiliki literasi finansial yang baik, bahkan mungkin kata-kata bisnis dan investasi saja pun terdengar seperti tabu di mata keluarga kami. Namun saya memiliki ketertarikan dengan dunia bisnis sejak saya menginjak di bangku SMK. Waktu itu tertarik karena saya melihat ada perbedaan antara orang yang memiliki nasib yang bagus dan tidak bagus adalah orang yang berwirausaha secara mandiri atau bisa dibilang bekerja untuk dirinya sendiri bukan bekerja untuk orang lain dan melalui usahanya tersebut bisa menghidupi banyak orang di sekitar nya. Mulai dari sana saya memiliki keinginan suatu saat saya harus bisa memiliki usaha sendiri.
Setelah saya lulus di bangku SMK saya pernah bekerja sebagai teknisi di sebuah hotel di semarang dan juga pernah menjadi sales regulator gas meskipun pekerjaan saya di 2 tempat tersebut bisa dibilang singkat namun saya mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga pada saat itu. Pengalaman mengenai bisnis paling banyak pertama kali saya dapatkan ketika saya bekerja di sebuah toko kecil yang menjual lampu LED running text dan jam sholat digital yang berlokasi di kabupaten tempat tinggal saya yaitu Kendal, Jawa Tengah. Disana saya bisa tahu alur bisnis dari mulai beli bahan baku dari mana dan apa saja yang perlu dibeli, proses produksi nya seperti apa, kemudian menawarkan produk ke konsumen sampai mendapatkan dan menyelesaikan sebuah proyek itu seperti apa. Saya mengikuti proses bertumbuh bersama toko kecil tersebut sampai saya memutuskan untuk mencari pengalaman baru untuk bekerja di luar kota.
Singkat cerita saya mendapatkan pekerjaan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia yang pada saat itu paling bonafit dan bergaji besar di antara teman-teman sebaya saya. Pada saat itu ketika saya mendapatkan gaji yang begitu besar saya sengaja untuk hidup tetap sederhana dan memilih untuk mengumpulkan uang sebanyak sebisa saya karna saya sadar kalau di pekerjaan saya waktu itu hanya sebatas kontrak dan hanya 3 tahun saja.
Seiring berjalanya waktu uang saya terkumpul cukup banyak dan saya berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang tanpa menggunakan tenaga fisik karena saya sadar kalau pekerjaan yang mengandalkan fisik sewaktu waktu fisik kita sudah tidak mendukung lagi maka penghasilan yang kita dapat akan berkurang atau bahkan menghilang. Dari situ saya memiliki ide untuk membangun kos-kosan, pemikiran saya sederhana saat itu, dan kos kosan tersebut menghasilkan uang bahkan saat saya tidur. Namun saya sadar kalau membangun kos-kosan di daerah jakarta itu sangat mahal, membangun nya mahal, harga tanah pun sangat mahal bagi saya saat itu. kemudian saya mencari cara lain dan ketemu lah investasi saham.
Saya pertama kali mengenal investasi saham sejak tahun 2018 dan memutuskan untuk membuka rekening saham di akhir tahun 2018. Saat itu metode yang saya gunakan dalam berinvestasi saham ternyata salah meskipun saya mendapatkan keuntungan, saya menyadari hal tersebut saat terjadinya pandemi di tahun 2020 dimana pada saat itu pasar saham jatuh ke level terendah sepanjang sejarah dimana indeks pasar saham secara keseluruhan turun sebesar 23.6% secara year-to-date dan nominal portfolio saya pada saat itu minus hampir 50%, melihat harta saya yang pada saat itu hilang setengah saya merenung dan mempertanyakan kepada diri sendiri apakah cara yang saya gunakan selama ini benar, dan ternyata setelah saya renungkan memang cara yang saya gunakan pada saat pertama saya invest sampai 2020 tidak masuk akal. Sampai akhirnya saya menemukan cara yang menurut saya masuk akal cara yang saya gunakan sampai saat ini yaitu menganalisa perusahaan berdasarkan fundamental bisnis secara menyeluruh dengan sebutan lain value investing.
Perjalanan saya mempelajari value investing memiliki banyak tantangan mulai dari background pribadi saya yang tidak sesuai, background keluarga keluarga petani, saya lulusan SMK jurusan elektro, dan bekerjanya pun di pabrik mobil. Namun semangat juang untuk merubah nasib saya dan keluarga membuat saya lebih gigih dalam mempelajari ilmu value investing ini. Saya memulai belajar dari buku-buku yang terkait dengan tokoh value investing yang sudah terbukti berhasil seperti Warren Buffet, Peter Lynch, dan Philip Fisher. Menurut saya belajar hanya dari buku saja itu tidak cukup, butuh juga belajar dengan orang yang sudah berpengalaman secara langsung menjadi value investor karena permasalahan saya pada saat itu adalah belum memiliki framework yang terstruktur dalam menganalisa sebuah perusahaan.
Singkat cerita pada saat itu saya menonton video youtube channel Doddy Bicara Investasi dimana di video tersebut berisi diskusi antara Pak Doddy dengan Pak John Wen yang membahas perusahaan perbankan, saya waktu itu begitu melihat video tersebut langsung tertarik untuk belajar langsung dengan Pak John. Waktu itu Pak John dan tim membuat kelas yang namanya SML, saya tertarik untuk mendaftar kelas tersebut namun lama sekali menunggu hingga akhirnya muncul Think Research Institute (TRI) yang pada saat itu biaya untuk mengikuti kelas tersebut cukup besar menurut saya dengan networth saya yang masih kecil pada saat itu dan kebetulan waktu itu TRI membuka peluang scholarship, dan saya mencoba melamar sebagai beswan TRI dimana pada saat itu saya mengirim analisa BISI (PT Bisi International Tbk) karena saya cukup dekat dengan BISI dan saya baru sadar kalau selama ini keluarga saya memakai produk yang di produksi oleh BISI yaitu benih jagung hibrida BISI18.
Alhamdulilah report analisa BISI yang saya kirimkan membuat saya diterima menjadi beswan TRI. Terima kasih banyak saya ucapkan untuk Founders TRI yaitu Pak John, Pak Sumadi dan Pak Billy, di TRI saya mendapat banyak sekali ilmu yang disediakan dimana menganalisa sebuah perusahaan itu selapis demi lapis di bedah satu per satu secara detail dengan tujuan murni mengedukasi bagaimana menganalisa dan memvaluasi suatu perusahaan yang baik dan benar.
Berjalan beberapa minggu setelah saya diterima sebagai beswan TRI, tim TRI membuka lowongan sebagai business analyst untuk yang pertama kalinya dan saya mencoba melamar di posisi tersebut. Waktu itu saya sangat tertarik untuk bergabung bekerja, belajar, dan berkontribusi langsung dengan Pak John dan tim di TRI sampai pada saat itu saya menawarkan siap untuk tidak di bayar sepeserpun. Singkat cerita Pak John dan Tim TRI memberi kesempatan kepada saya untuk join sebagai business analyst di TRI, dibayar tentunya dan pada saat itu saya adalah karyawan pertama TRI. Sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih kepada para founders TRI karena memberi kesempatan kepada saya untuk bergabung menjadi tim TRI. Di TRI saya merasa sangat bangga karena bisa belajar langsung dengan framework value investing yang sudah terstruktur yang dibuat oleh para founders TRI. Dan berkat didikan para founders melalui framework yang sudah disusun secara terstruktur saya merasakan bahwa learning curve saya dalam belajar value investing itu cukup cepat dan kemampuan analisa saya bertumbuh dan berkembang bersama TRI yang kemudian sekarang berganti nama menjadi THINK, The Best Value Investing Society.