Waktu makan siang pada Kamis 10 Januari, sejumlah anggota tim THINK beredar di Bursa Efek Jakarta. Siang itu, THINK diundang menghadiri acara Grand Launching Growin App by Mandiri Sekuritas dan secara khusus CEO THINK - Sumadi Surianto menjadi salah satu pembicara dalam sesi talkshow.
Acara grand launching berlangsung di Main Hall Bursa Efek Indonesia. Perhelatan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan - Indonesia Raya, lalu digital counting down yang langsung disambung dengan electronic laser dance yang amat futuristik, sejalan dengan gaya masa kini.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan sederetan sambutan dari sejumlah petinggi terkait yang menyampaikan aspirasi, ucapan terima kasih, dan tentunya pesan dan harapan sehubungan dengan diluncurkannya superapp untuk investasi digital dari Mandiri Sekuritas ini.
Pukul 14.00, MC memanggil Kezia Yemima Tuju - Professional Economic Moderator, untuk memoderasi talkshow. Tiga orang pembicara hadir pada siang itu, yakni Direktur Ritel Mandiri Sekuritas - Theodora V. N Manik, Head of Digital Transformation - Wahyudi, dan CEO PT Integrasi Pemikiran Investasi - Sumadi Surianto.
Dalam kesempatan tersebut, pembahasan menekankan perkembangan digital serta meningkatnya kesadaran literasi di kalangan generasi muda, terutama di bidang investasi yang terbukti naik pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mendorong kebutuhan adanya platform atau aplikasi digital yang mampu menjadi satu pintu penyedia akses berinvestasi dengan mudah, cepat, dan aman, sehingga transaksi investasi juga terus bertambah.
Pembahasan lebih lanjut adalah mengenai ilmu atau kecerdasan dan berinvestasi itu sendiri. CEO THINK menjabarkan apa yang menjadi keunggulan investor yang memakai kacamata investasi sebagai gaya hidup yang berlangsung dalam jangka panjang.
Kunci investasi jangka panjang = Manajemen Risiko
Mindset dalam melihat investasi jangka panjang dengan prinsip value investing, kuncinya berada pada manajemen risiko. Investasi jangka panjang jelas memiliki risiko sebagaimana pernah kami bahas dalam artikel berikut. Manajemen risiko ini harus fokus pada tiga poin penting, yakni:
- business risk - risiko dari performa bisnisnya
- premium risk - risiko pasar modal dengan fluktuasi yang uncontrollable (valuasi pasar yang tidak sesuai dengan intrinsic value perusahaan yang sebenarnya).
- self risk - risiko dalam mengontrol diri sendiri untuk menghindari fear dan greedy saat melihat premium risk, bahkan market crash.
Practical tips untuk menjinakkan atau meminimalisir risiko tersebut adalah dengan mengenali bisnis atau perusahaan yang menjadi incarannya (karena membeli saham adalah membeli porsi kepemilikan bisnis). Laba per tahunnya berapa, jajaran pimpinannya siapa, balance sheet-nya bagaimana, outlook-nya ke depan bagaimana, dan seterusnya.
Bagaimana cara mengenalinya? Tentu dengan melakukan analisis mendalam terhadap bisnis tersebut, sebagaimana yang selalu THINK lakukan dan sudah THINK sediakan laporannya eksklusif untuk member.
Sederhananya, cara untuk menekan kesalahan dalam menganalisis bisnis dan meminimalisir risiko dari kondisi yang uncontrollable adalah juga dengan berpegang pada Margin of Safety (MOS), yaitu membeli saham saat harga diskon. Mencapai kesempatan untuk bisa mendapat harga diskon, tentunya kembali lagi harus berpegang pada kata kunci "Bersabar menahan emosi dan dorongan dari dalam diri sendiri" untuk tidak membeli tanpa mengenali bisnisnya dengan baik dan mengetahui valuasi perusahaan yang sesungguhnya.
Setelahnya, barulah muncul conviction sebagai keyakinan penuh investor untuk membeli saham tersebut di waktu yang terbukti tepat, di harga yang terbukti murah, dan kemudian tinggal bersabar menunggu pasar menghargai saham sesuai dengan valuasinya. Pada saat itulah, investor tidak lagi takut saat terjadi market crash dan malah memutuskan untuk membeli saham yang bagus di harga sangat murah.
Berbicara soal analogi, Sumadi mengumpamakan value investing seperti bermain golf. Bermain golf sama dengan bersaing atau menguji kemampuan diri sendiri.
Sama halnya dengan golf, value investing yang baik adalah persoalan mengetahui kemampuan dan pengetahuan tentang diri sendiri (dan tentunya bisnis yang diminati), memahami kekurangan, dan mampu mengatur strategi secara mandiri.
Begitu pula bermain golf melatih ketahanan diri, value investing juga bertitik tolak pada kesadaran mengendalikan diri, menjaga kesadaran dan menjauhi fear atau greedy dalam memasuki market
Manajemen portofolio dalam kondisi tidak stabil
Sumadi juga memberikan perhatian terkait menghadapi kondisi market yang tidak stabil. Menurutnya, investor harus memperhatikan manajemen portofolionya (materi Portfolio Management sudah tersedia dalam kurikulum Full Program Membership THINK dalam bentuk THINK Tank).
Berinvestasi wajib dipandang seperti anak sendiri yang harus dipantau dan diperhatikan secara berkesinambungan, dalam arti tetap catch up dengan kondisi perusahaan dan atau bisnis yang diinvestasikan.
Portofolio yang ideal untuk seorang investor pemula yang melakukan analisis bisnis mandiri bisa cukup terdiri dari 3 emiten. Sebab secara komprehensif, portofolio itu harus diberikan tanggung jawab perhatian penuh karena investor juga perlu mengikuti update per kuartal. Itu belum lagi dengan harus tetap up to date terhadap kondisi makro dan mikro.
Dalam manajemen portofolio, Sumadi memberikan tiga prinsip berikut:
- Pick the WINNER (40%) - Anda tahu bisnis ini bagus dan sedang didiskon besar-besaran, bahkan hingga 60-70% dari fair value yang mungkin belum di-appreciate dengan baik oleh market.
- Porsikan untuk FLEXI (15%) - Anda pilih saham yang sedang baik performanya di saat itu (misalnya sektor healthcare saat pandemi COVID-19) dan dijual sebelum mencapai nilai intrinsiknya.
- CASH (30%) - tetap sediakan cash yang hanya akan digunakan untuk investasi saham saat market crash lagi atau saat indeks turun minimal 15%.
Pembelajaran investasi adalah sebuah jalan yang panjang dan harus mengikuti perkembangan zaman. Kecepatan kemudahan akses informasi membuat literasi investasi semakin tinggi dan hal tersebut membutuhkan pengarahan yang tepat. Untuk itulah THINK hadir sebagai ekosistem dan komunitas value investor yang menyediakan semua kebutuhan tersebut.
Menutup talkshow sore itu, Sumadi sebagai value investor dengan pengalaman hampir 1 dekade membagikan bocoran insights terkait memulai investasi.
“Buat berinvestasi, balik lagi teman-teman harus mempelajari. Tapi, kalau ditanya sektornya apa… first thing first belajar bank aja dulu…karena at the end kan bank ini yang support GDP (atau) ekonomi dan itu teman-teman harus pantau. Baik untuk yang beginner maupun kami yang sudah eksperience, (kami) sangat suka melihat (bisnis) bank.” - SUMADI SURIANTO -