Sebagai salah satu penjajah Eropa paling awal, Kekaisaran Spanyol menguasai wilayah yang luas di seluruh dunia. Mereka menggunakan uang yang diperoleh dari perbudakan dan perdagangan untuk membiayai berbagai perang. Belanda akhirnya menjadi korban dari salah satu perang tersebut dan menghabiskan 80 tahun berikutnya, mencoba untuk melepaskan diri.
Upaya kemerdekaan Belanda menghadapi masalah besar di awal. Saat itu Portugal memegang monopoli perdagangan rempah-rempah dan mengendalikan semua jalur perdagangan utama ke Asia. Upaya yang kemudian dilakukan oleh Belanda adalah membeli semua rempah-rempah mereka dari Lisbon untuk kemudian mengirimkannya ke seluruh Eropa dan dijual dengan mengambil untung.
Belanda mulai bergeser ke benua timur
Pada akhirnya Portugal jatuh ke dalam Kekaisaran Spanyol pada tahun 1580. Tentu saja, hal pertama yang dilakukan Spanyol adalah menutup Lisbon untuk pedagang Belanda.
Saat tiba-tiba jalur utama ekonomi Belanda terputus inilah satu-satunya yang bisa dilakukan pedagang Belanda adalah berlayar ke daerah Timur dan membangun jaringan perdagangan mereka sendiri.
Awalnya usaha ini sangat terdesentralisasi. Pada pedagang dari berbagai kota di Belanda bebas mendirikan perusahaan untuk satu perjalanan. Pada dasarnya, perusahaan itu akan mendanai beberapa kapal beserta pelautnya, lalu mereka akan mengirim pelaut untuk mencari rute perdagangan baru ke daerah Timur.
Selama enam tahun pertama upaya ekspedisi, total ada 65 kapal dikirim. Beberapa misi berhasil dan kembali dengan banyak rempah-rempah, tetapi sebagian besar tidak berjalan dengan lancar. Setidaknya 1 dari 10 tidak pernah kembali, dan rata-rata kapal yang kembali pun hanya membawa sepertiga dari awaknya.
Perjalanan awal ini memberi Belanda pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana mendirikan jaringan perdagangan yang lebih permanen. Tetapi mengoordinasikan pedagang individu, yang masing-masing bersaing satu sama lain, sangatlah sulit. Apalagi dengan Inggris, Spanyol, dan Portugis yang semuanya mencoba menciptakan kerajaan perdagangan mereka sendiri.
Pendirian VOC, inisiasi penawaran publik pertama
Belanda tahu bahwa mereka harus bersatu. Pada tahun 1602, di bawah naungan Perdana Menteri, berbagai perusahaan ekspedisi bergabung menjadi satu perusahaan dengan kekuasaan yang luas. Namanya adalah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), tentu Anda tidak asing dengannya.
Pendirian perusahaan ini menandai babak baru dalam sejarah Belanda. Belanda membutuhkan mesin ekonomi baru untuk melawan Spanyol serta memulihkan negara mereka yang hancur akibat perang. VOC menjadi satu-satunya harapan mereka.
Itulah sebabnya VOC diberikan, tidak hanya wewenang untuk monopoli perdagangan, tetapi juga kemampuan untuk melatih tentaranya sendiri, bernegosiasi dan menyatakan perang, menduduki tanah, bahkan menegakkan perbudakan.
Ketika berbicara soal menaklukkan daerah Timur, VOC membutuhkan lebih banyak modal. Di sinilah ide IPO atau Initial Public Offering muncul untuk pertama kalinya.
Perwujudan ide tersebut adalah VOC mengumpulkan dana dari publik dengan menukarkan kepemilikan perusahaannya, untuk mencari daerah yang memiliki rempah-rempah yang akan dijual kembali di negara mereka. Pada masa itu, rempah-rempah merupakan komoditas yang langka dan bisa dijual dengan harga tinggi di Eropa.
VOC membagi kepemilikannya menjadi beberapa bagian kecil agar bisa mendapatkan dana dari banyak orang. Dengan penggalangan dana dari publik ini, VOC dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar, melebihi bila hanya mengandalkan modalnya sendiri.
IPO pada masa itu berhasil membuat VOC menggalang dana sebesar 6.424.578 Gulden.
Perdagangan saham ini tidak berhenti sampai di situ. Orang juga bisa membeli saham VOC melalui pasar sekunder. Sebagai contoh, misalkan ada orang – kita sebut saja A – yang sudah memiliki 1 lembar saham di VOC. Lalu ada si B yang juga ingin ikut membeli, namun saat itu penggalangan dana sudah ditutup.
Akhirnya si B dapat membeli saham dari si A lewat bursa saham di kala itu. Itulah cikal bakal yang menjelaskan bagaimana proses kita jual-beli saham di bursa modern sampai hari ini.
Saham perusahaan saat ini
Zaman sekarang tentunya lebih mudah bagi kita untuk melihat lembaran saham yang perusahaan keluarkan. Sebab, semua itu ada di akta perusahaan.
Sebagai contoh, berikut kami ambil akta dari anak perusahaan salah satu perusahaan publik di Indonesia.
Gambar 1: Contoh akta perusahaan publik di Indonesia.
Terlihat pada akta tersebut, perusahaan di atas terdiri dari 33.500 lembar yang dihargai Rp5.000 per lembarnya. Terdapat 5 pihak yang memiliki saham di dalam anak perusahaan ini. Mereka harus menyetor Rp5.000 untuk setiap lembar sahamnya, dengan setiap orangnya memiliki jumlah saham yang berbeda-beda.
Pembagian seperti ini tidak hanya berlaku di perusahaan publik, tetapi juga di semua perusahaan: baik besar maupun kecil, publik maupun privat.
Adapun Transaksi jual beli saham perusahaan publik harus melalui bursa. Ibarat membeli sayur di pasar tradisional atau supermarket, sayur itu saham sedangkan supermarket itu bursanya.
Tetapi perlu diketahui, ketika membeli saham publik lewat bursa, kita hanya membeli sebagian kecil dari kepemilikan perusahaannya. Sebagai contoh: PT Astra International Tbk dengan porsi saham masyarakatnya hanya 49,89%, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 7,5%, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 19,47%, dan lainnya, semua bisa Anda lihat satu per satu di THINK Almanack.
Gambar 2: Porsi saham masyarakat dari sejumlah perusahaan publik/Sumber: THINK Almanack.
In most cases, saham yang diperjualbelikan adalah saham yang dimiliki oleh masyarakat. Kalau Anda sadar, porsi masyarakat umumnya di bawah 50%. Artinya, bahkan bila semua masyarakat digabung, kepemilikannya masih lebih kecil dari pemegang saham pengendali.
Meskipun memang betul dengan membeli saham artinya kita secara resmi menjadi pemilik perusahaan tersebut, kita tetap hanya bisa mengikuti keputusan pemegang saham pengendali. Pengambilan keputusan seperti pembelian, penjualan, capital allocation, dividen, pinjaman, penambahan modal, dan keputusan penting lainnya, sepenuhnya diatur pemegang saham pengendali.
Sedangkan kita hanya sebagai pemegang saham minoritas yang pasif.
Maka dari itu, ketika ingin membeli saham, selain bisnisnya harus bagus dan harga sahamnya harus murah, kita juga harus mengetahui dan memahami karakter dari pemegang saham pengendali. Tentu kita ingin perusahaan yang kita miliki dijalankan oleh pengendali yang jujur dan fair.
Jangan sampai kita sudah keluar uang untuk beli sahamnya, ternyata pemegang saham pengendali tidak pernah membagikan dividen dan malah berfoya-foya menggunakan uang perusahaan!