Teman-teman member THINK pasti tidak asing dengan nama Chris Angkasa, apalagi para member lama. Pebisnis, investor, sekaligus family asset manager ini belum lama membuka resto burger premium bernama Mogul di SCBD Park, Jakarta Selatan.
Hari Rabu (3/10), Think mengadakan special event di Mogul, dengan menghadirkan langsung Chris Angkasa untuk temu diskusi tentang topik Family Wealth Management.
20 member terpilih menghadiri event privat ini untuk mendapatkan pengajaran singkat dari Chris Angkasa. Secara khusus, Chris membahas Inter-generational Business and Family Dynamics.
Topik satu ini sangat menarik untuk dibahas. Kebetulan memang pas sekali, ketika acara hendak dimulai, THINK sempat bertanya pada sejumlah member yang datang dan memang rata-rata menjalankan bisnis keluarga.
Sebagai pembuka, Chris memperkenalkan diri serta membagikan pengalamannya menjalankan bisnis keluarga. Chris sendiri menjadi generasi ketiga yang meneruskan bisnis keluarga.
Fokus pembahasan berikutnya adalah pentingnya menentukan Goals dan Value dalam membangun bisnis keluarga. Di sini ditekankan bahwa seluruh keluarga yang ingin terlibat dalam bisnis harus memiliki pandangan dan pemahaman yang sama mengenai tujuan dan sumber kekayaan, pembagian tanggung jawab, hingga menentukan lifestyle seperti apa yang ingin dianut keluarga.
Tak hanya itu, Chris turut menekankan bahwa dalam bisnis keluarga, profesionalitas memang tetap harus terjaga. Meski demikian, konflik sangat mungkin muncul sehingga perlu adanya kejelasan sejak awal tentang hal-hal yang disebutkan sebelumnya.
Ketika konflik muncul, rekonsiliasi sangat perlu dilakukan dengan mengutamakan nilai kekeluargaan. Sebab, hubungan keluarga bagaimana pun tidak bisa putus.
Di sinilah kemudian peran konseling juga turut andil dalam sebuah bisnis keluarga. Chris mengaku sangat senang mendalami bidang manajeman bisnis keluarga ini karena memang seni dalam memadukan profesionalitas dan konseling terasa sangat menarik sekaligus menantang.
Membicarakan bisnis keluarga, modal penting di dalamnya mencakup empat hal utama yang diawali tentunya dengan hubungan yang harmonis, lalu disusul dengan kemampuan finansial, human capital, dan reputasi keluarga itu sendiri.
Tentunya, membangun bisnis keluarga tidak mudah. Apalagi jika bisnis tersebut sudah melebar hingga ke generasi ketiga dan seterusnya, dengan cabang pohon keluarga yang semakin menyebar hingga ke sepupu dan lain-lain.
Konflik menjadi sangat rentan terjadi, yang tentunya dibumbui drama. Dalam memberikan contoh, Chris menceritakan kisah sepele perebutan warisan di antara anak yang bisa memicu perpecahan bisnis keluarga.
Acara pengajaran dan diskusi ini berlangsung selama tiga jam, mulai dari pukul 2 siang sampai 5 sore. Member yang hadir banyak yang mengungkapkan pertanyaan yang bisa jadi adalah kekhawatiran pribadi.
Beberapa contohnya adalah soal bagaimana jika anak tidak ingin meneruskan bisnis keluarga, padahal anak itu sangat kompeten; bagaimana menghadapi proses penggantian kepemimpinan perusahaan dari satu anggota keluarga ke anggota lain, serta bagaimana memastikan bahwa porsi kepemilikan, peran, dan wewenang setiap anggota keluarga dalam bisnis tersebut bisa adil.
Sembari berdiskusi, para member turut menikmati burger Mogul yang menawarkan kenikmatan dari patty dengan daging premium dan bun dari roti yang lembut nan juicy. Peserta yang hadir juga dipersilakan mencicipi panganan manis yang konon akan menjadi produk baru di Mogul.
Tentunya special event ini menjadi sebuah momen belajar dan berkumpul yang berkesan bagi THINK dan para member. Topiknya yang menarik dan relevan juga sangat penting untuk dipahami mengingat di Indonesia memang sangat banyak keluarga yang menjalankan bisnis bersama.
Tak sedikit pula yang mengalami konflik besar, bahkan termasuk salah satunya adalah PT Astra International Tbk (ketika anak sulung William Soeryadjaya terbelit utang dan membuat keluarga harus merelakan kepemilikan Astra terlepas ke tangan pemerintah, lalu ke tangan asing).