Jika Anda lihat 10 orang terkaya (versi Forbes) di dunia saat ini: Elon Musk, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Bernard Arnault, Larry Ellison, Warren Buffett, Larry Page, Bill Gates, Sergey Brin, dan Steve Ballmer, mereka semua adalah pemilik bisnis.
Melihat daftar itu, bisa dibilang bagi yang mau jadi orang kaya, maka jadilah pemilik bisnis. Orang-orang terkaya di dunia, termasuk di Indonesia, semuanya adalah pemilik bisnis.
Tetapi, apa semudah itu membuat bisnis? Bukannya banyak yang perlu diperhatikan untuk membangun bisnis?
Sebagai gambaran, untuk memulai suatu bisnis, seorang founder harus memiliki skill dari berbagai aspek. Mulai dari marketing, operation, finance, HR, dan lain sebagainya. Setelah itu, coba bayangkan membangun bisnis dari 0. Seorang founder harus memikirkan bisnis apa yang ingin dibangun. Bisnis apa yang produknya akan laku?
Sekarang katakanlah Anda sudah menemukan ide yang mudah untuk dimulai dan sesuai dengan passion. Mari kita anggap saja berjualan baju.
Baju apa yang besar peluangnya? Bagaimana cara penetrasi pasarnya? Seperti apa branding yang ingin dibangun? Konten apa yang harus dibuat untuk mendapat perhatian konsumen? Vendor apa saja yang diperlukan? Bagaimana mengatur cash flow utang, piutang, dan persediaan agar tetap lancar? Bagaimana mencari karyawan yang kompeten, jujur, dan loyal? Apa yang harus dilakukan agar dapat me-manage dan memimpin mereka?
Semua proses berpikir itu harus dilakukan dengan fokus dan dedikasi penuh, terutama di fase awal ketika bisnis belum ada sistem. Membangun bisnis dari 0 menghabiskan banyak waktu dan energi. Jika kamu punya semua skill ini, kamu mungkin bisa menjadi pebisnis yang andal.
Tetapi secara statistik, 90% bisnis baru berujung gagal di tahun pertamanya. Hanya kurang dari 5% bisnis yang berhasil bertahan hingga tahun ke-5. Bertahan pun bukan berarti menghasilkan uang.
Kabar baiknya, untuk menjadi pemilik bisnis, Anda tidak harus membangun sendiri dari nol. Sebab, bisnis itu ternyata bisa dibeli. Anda tinggal cari bisnis yang bagus, yang sudah terbukti berhasil secara jangka panjang, ada customer loyalnya, serta tim yang menjalankannya. Lalu invest-lah di sana.
Contohnya mungkin saja restoran di dekat tempat tinggal Anda, tempat potong rambut langganan Anda, atau tempat fotocopy dekat tempat kuliah Anda dulu. Mungkin saja pemiliknya sudah mau pensiun, tetapi anaknya tidak mau meneruskan bisnisnya, lalu dia bingung bisnisnya harus diapakan.
Bila berjodoh, bisa jadi tawaran Anda untuk membeli bisnisnya adalah solusi yang dia tunggu-tunggu. Win-win untuk kedua belah pihak. Penjualnya bisa pensiun dengan uang hasil jual bisnisnya. Anda sebagai pembeli bisa hemat banyak waktu dan energi karena tidak perlu merintis dari awal.
Tetapi...
Ini mungkin terjadi bila Anda memiliki kenalan pemilik bisnis yang banyak.
Dalam membeli sebuah bisnis, ada pula masalah trust. Apakah pemilik bisnis yang akan Anda beli adalah orang jujur yang memberikan informasi yang bisa dipercaya? Apalagi Anda juga harus ingat, perusahaan privat biasanya tidak memiliki auditor untuk laporan keuangannya.
Jika begitu, Anda jadi harus mengaudit laporan keuangan tersebut dan melakukan due diligence sendiri. Untuk membeli perusahaan privat, Anda juga akan bernegosiasi langsung dengan pemilik. Soal ini, biasanya sering jadi sulit untuk mendapat harga yang murah.
Anggap saja Anda kenal dengan pemilik restoran dekat rumah. Setelah melakukan due diligence, Anda mendapati bahwa bisnis restoran ini dapat menghasilkan Rp1 miliar per tahunnya.
Karena melihat bahwa restoran ini ramai dan mereknya sudah terkenal, Anda ingin membelinya di harga Rp5 miliar (itu merupakan nilai wajarnya berdasarkan penilaian Anda). Akan tetapi, pemilik merasa bahwa nilai dari restorannya adalah Rp20 miliar sehingga saat negosiasi, si pemilik itu masih tidak mau menurunkan harganya. Karena ini adalah perusahaan privat, maka keputusan harga jual ditentukan oleh pemilik saja.
Membeli bisnis publik
Kabar baiknya, selain membeli perusahaan privat, Anda juga bisa membeli perusahaan publik (Tbk) melalui bursa. Membeli saham perusahaan terbuka terbilang lebih memudahkan karena informasi yang dibutuhkan untuk menganalisa bisnisnya lebih gampang diakses. Semua informasi sudah tersedia secara terbuka di internet.
Jika modal yang dimiliki masih kecil pun, Anda tetap bisa membeli sebagian kepemilikan dari perusahaan tersebut. Misalkan harga satu lembar saham perusahaan A adalah Rp1.000. Itu artinya, hanya dengan Rp100.000, Anda sudah punya kepemilikan atas bisnis tersebut.
Perusahaan publik juga banyak yang merupakan perusahaan besar yang sudah berdiri selama puluhan tahun dan dijalankan oleh management yang terbukti kompeten. Perusahaan besar ini menyediakan laporan keuangan yang sudah diaudit dan bisa diakses publik. Dari situ, Anda bisa lebih mudah dan transparan dalam membuat analisa untuk melihat kinerja perusahaan tersebut.
Meski begitu, laporan keuangan bisa dimanipulasi. Anda bisa belajar cara mendeteksinya melalui berbagai THINK Case yang sudah kami cover.
Dari semua itu, hal paling menarik dari membeli perusahaan publik ialah bisa mendapat harga sangat murah. Hal itu memungkinkan sekali karena yang bertransaksi di bursa tidak hanya intelligent buyer dan seller. Ada juga (bahkan kebanyakan) yang hanya merupakan emotional buyer dan seller. Mereka ini adalah pihak yang tidak rasional, hanya menggunakan emosi, terjebak ketamakan dan ketakutan dalam membeli saham.
Fenomena itu membuat harga saham perusahaan di bursa menjadi fluktuatif. Ada kalanya perusahaan dijual di harga mahal yang melebihi nilai wajarnya. Namun, ada kalanya juga dijual di harga diskon. Artinya, price tidak sama dengan value. Saat beli di harga diskon, Anda bisa mendapatkan investasi yang low risk - high return.
Jadi, apakah Anda merasa sudah memiliki keterampilan dan mental yang dibutuhkan untuk memulai bisnis sendiri? Atau Anda mungkin lebih memilih untuk membeli bisnis yang sudah ada? Kedua pilihan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Jika memilih untuk memulai bisnis sendiri, Anda memiliki kebebasan penuh untuk mengarahkan dan mengembangkan bisnis sesuai dengan visi Anda. Namun, jika lebih memilih untuk membeli bisnis, Anda bisa menghemat banyak waktu, tenaga, bahkan keterampilan. Apalagi jika yang dipilih adalah membeli perusahaan publik.
Menurut pengalaman kami, pilihan terakhir adalah yang paling memungkinkan untuk kebanyakan orang. Paling mudah dipelajari, paling mudah dieksekusi, dan dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan pekerjaan utama saat ini.