Insights & Articles

Pahami Industri Perbankan (Part 3), Bedah Cash Flow BBRI

id Accounting April 4, 2025
At a Glance

Hal pertama yang perlu dilihat dalam segmen cash flow perusahaan, yaitu arus kas yang masuk dan keluar dalam operasionalnya.

Setelah mengetahui arus kas operasi masuk dan keluar selama setahun, selanjutnya poin kedua yang harus kita ketahui, yaitu nilai pokok kredit yang diterima dan disalurkan perbankan selama setahun tersebut.

Poin ketiga dalam arus kas yang penting untuk diperhatikan adalah pembagian dividen. Sebab, hal ini mencerminkan bagaimana perusahaan membagikan keuntungan kepada pemegang saham.

Poin terakhir yang penting dalam melihat cash flow, yaitu Net PPE-EX untuk melihat perubahan yg terjadi pada fixed asset perusahaan.

Sebelumnya kita sudah membahas mengenai Balance Sheet dan Income Statement dari perbankan dengan contoh BBRI. Agar pembahasan terkait financial statement perbankan menjadi lengkap dan tuntas, maka saat ini kita akan melanjutkan bedah dari segi cash flow-nya. 

Gambar 1 : Cash Flow Statement Bank BRI/Sumber: Laporan Keuangan BRI tahun 2024. 

Hal pertama yang perlu dilihat dalam segmen cash flow perusahaan adalah arus kas yang masuk dan keluar dalam operasionalnya. Di sini saya akan menyebutnya dengan OCF (Operating Cash Flow).

Seperti yang sudah dijelaskan pada income statement, bahwa pendapatan dari BRI terbagi menjadi beberapa segmen pendapatan (mulai dari bunga kredit, bunga investasi, syariah, premi, emas, dan lain-lain). Maka dari itu, Operating Cash Flow ini merupakan uang yang masuk ke dalam kas perbankan, yang berasal dari pendapatan-pendapatan tersebut, dan nantinya juga dikurangi oleh beban-beban yang harus dibayar sesuai segmennya masing-masing.

Sebagai contoh, dalam segmen perbankan, BRI menyalurkan kredit kepada debitur dan menerima bunga sebagai imbalannya. Bunga yang telah dibayarkan oleh debitur ini akan dicatat dalam Laporan Arus Kas. Namun, untuk dapat menyalurkan kredit, BRI membutuhkan Dana Pihak Ketiga seperti tabungan dan giro. Oleh karena itu, BRI juga harus membayar bunga kepada deposan tersebut, yang kemudian dicatat sebagai beban bunga dalam laporan arus kas.

Namun, mungkin di sini ada yang merasa bingung kenapa pendapatan bunga dari income statement dan cash flow tidak match angkanya.

Sederhananya, pendapatan bunga pada income statement mengacu kepada pendapatan yang harus diterima selama periode tertentu. Metode ini biasa disebut juga dengan akrual basis, yakni pendapatan dan beban dicatat ketika transaksi terjadi, bukan saat kas diterima atau dibayarkan. Jadi, apabila perusahaan sudah memberikan jasa atau produk, pendapatan langsung diakui meskipun uangnya belum masuk. 

Sementara itu, pendapatan bunga di cash flow merupakan pendapatan kas yang benar-benar diterima oleh perbankan atau kas basis. Pencatatan hanya dilakukan saat uang benar-benar masuk atau keluar. Pendapatan baru dicatat ketika perusahaan menerima uang tunai, dan beban dicatat saat kas benar-benar dibayarkan. Jika terdapat angka yang tidak match, maka ada beberapa kemungkinan yang terjadi; seperti customer telat bayar atau pembayaran masih dalam bentuk piutang.

Sebagai contoh, perhatikanlah kondisi berikut ini:

Pendapatan bersih bunga pada income statement memiliki nilai 100 miliar rupiah pada tahun 2024. Namun, pendapatan bunga pada cash flow perbankan hanya 80 miliar rupiah pada tahun 2024. Berarti ada angka yang tidak match sebesar 20 miliar rupiah. Selisih 20 miliar tersebut, pada kasus perbankan kemungkinan besar karena debitur mengalami penunggakan pembayaran sehingga tidak bisa diakui sebagai pendapatan bunga di cash flow

Gambar 2: Principal Cash Flow (PCF)/Sumber: Laporan Keuangan BRI tahun 2024.

Setelah mengetahui arus kas operasi masuk dan keluar selama setahun, selanjutnya poin kedua yang harus kita ketahui, yaitu nilai pokok kredit yang diterima dan disalurkan perbankan selama setahun tersebut. Di sini kita menyebutnya sebagai Principal Cash Flow (PCF).

Seperti apa yang dijelaskan pada balance sheet dan income statement, pokok kredit perbankan terbagi menjadi 3 segmen, yaitu:
- kredit yang diberikan
- pinjaman syariah
- piutang pembiayaan.

Maka, nilai dari Principal Cash Flow (PCF) juga berasal dari ketiga segmen tersebut.

Bagi Anda yang masih bingung mengenai PCF, saya coba akan menggambarkannya menggunakan contoh:

Tahun 2024, Bank X memberikan pokok pinjaman 2 triliun kepada beberapa nasabah. Tapi, ada beberapa nasabah yang juga sudah meminjam pokok dari tahun 2023 dan membayar pokok pinjaman 1,5 triliun di tahun 2024. Dengan demikian hitungan PCF pada tahun 2024 yaitu = -2 triliun + 1,5 triliun = -500 miliar.

 

Pokok pinjaman yang diberikan : 2 triliun
Pokok pinjaman yang dibayar : 1,5 triliun
PCF (2024) : -2 triliun + 1,5 triliun = - 500 miliar

 

Angka PCF yang negatif menunjukkan pokok kredit yang disalurkan lebih besar daripada pengembaliannya.

Gambar 3 : Principal Cash Flow (PCF) Piutang Pembiayaan/Sumber : Laporan Keuangan BRI 2024.

Kalau melihat Laporan Keuangan BRI tahun 2024, kita bisa mengetahui bahwa PCF piutang pembiayaan memiliki hasil yang positif. Artinya, pokok yang dikembalikan lebih banyak dibandingkan kredit financing yang disalurkan di tahun tersebut. Namun begitu, unsur kredit yang diberikan (perbankan) dan syariahnya pada tahun 2024 menunjukkan PCF yang negatif.

Tentunya pada bank yang produktif, pokok kredit yang diberikan harus cenderung lebih besar dibandingkan pokok yang dikembalikan. Artinya nilai PCF mengalami nilai yang negatif. 

Gambar 4: Dividen/Sumber: Laporan Keuangan BRI 2024.

Poin ketiga dalam arus kas yang penting untuk diperhatikan adalah pembagian dividen. Sebab, hal ini mencerminkan bagaimana perusahaan membagikan keuntungan kepada pemegang saham. Dividen juga menjadi salah satu bentuk kepedulian manajemen terhadap investor dengan memberikan imbal hasil langsung atas kepemilikan saham.

Untuk pembagian dividennya, dalam laporan keuangan sebenarnya tertera pada Financing Cash Flow Perusahaan (highlight warna merah). Tapi, tentu malah akan rancu dalam pembacaannya apabila kita hanya melihat dividen berdasarkan angka itu (highlight warna merah) saja. 

Kenapa begitu?
Seperti yang saya highlight warna merah pada laporan keuangan, Pembagian Laba untuk Dividen ada sebesar 48 triliun. Angka itu sebenarnya merupakan dividen BRI berdasarkan laba tahun 2023, namun baru dibayarkan pada tahun 2024. Sehingga untuk pencatatannya, uang dividen BRI 2023 tercatat pada arus kas tahun 2024.

Agar tidak menjadi rancu ketika kita melihat dividen BRI tahun 2024, saya paling suka untuk melihat secara lebih lengkap ke catatan kaki perusahaan. Pada laporan keuangan BBRI tahun 2024, catatan kaki ini bisa langsung diakses di halaman 405.

Gambar 5: Dividen pada catatan kaki hal. 405/Sumber: Laporan Keuangan BRI tahun 2024.

Seperti yang sudah ter-highlight warna merah di laporan keuangan di atas, dividen yang BRI bagikan berdasarkan tahun 2024 memiliki nilai 20,3 triliun rupiah. Tapi ingatlah bahwa ini baru dividen interim saja, belum termasuk dividen final. Seperti pada umumnya, nilai dividen final akan lebih besar dibandingkan dividen interim.

Setelah kita sudah tahu dividen yang telah dibagikan sesuai periodenya, saya sendiri akan langsung mencari tahu DPR (Dividend Payout Ratio).

DPR = Dividends/Owner's Income

Di sini, fungsi DPR adalah untuk mengetahui porsi dividen yang dibagikan dari total laba bersih yang diperoleh. Sebagai investor, tentunya kita sangat suka kalau nilai DPR-nya semakin besar. Ketika artikel ini dibuat (3 April 2025), BRI baru saja mengumumkan nilai dividen finalnya. Alhasil DPR tahun 2024 mencapai 86%. Nilai DPR tahun 2024 ini bertumbuh, dari sebelumnya menyentuh 80% pada tahun 2023. 

Gambar 6: Penjualan dan perolehan nilai Fixed Asset/Sumber: Laporan Keuangan BRI 2024.

Poin terakhir yang penting dalam melihat cash flow yaitu "Net PPE-EX". Di sini kita ingin melihat perubahan yg terjadi pada fixed asset perusahaan. Sesuai yang dijelaskan pada balance sheet sebelumnya, yang tergolong fixed asset perusahaan, seperti PPE & Investment. Maka Net "PPE-EX" juga berasal dari kedua unsur tersebut. PPE dalam perbankan biasanya didominasi oleh kantor pusat, kantor cabang, dan kendaraan.

Simple-nya nilai PPE-EX yang negatif mengartikan perusahaan sedang ekspansi untuk mendukung operasional bisnisnya. Sedangkan kalau PPE-EX positif, artinya perusahaan sedang melepas atau menjual fixed asset-nya.

Gambar 7 : Working paper arus kas BRI tahun 2024.
Sumber : Olahan tim Think.
Laporan keuangan BRI tahun 2024

Jika kita sudah merekap poin-poin yang disebutkan sebelumnya, berarti nilai yang ada di working paper kita akan tampak seperti tabel di atas. Lima poin tersebut adalah hal-hal yang patut mendapat perhatian lebih. Namun demikian, bukan berarti bagian lain dari laporan arus kas yang belum dibahas menjadi kurang penting. Seluruh bagian tetap perlu diperhatikan dengan saksama, terutama jika ada angka yang tampak mencurigakan. *karena artikel ini bersifat ringkas, pembahasan setiap elemen cash flow tidak dilakukan satu per satu.  

Gambar 8: Catatan arus kas BRI/Sumber: Olahan Tim THINK dari Laporan keuangan tahunan BRI

Dalam membaca cash flow, akan lebih baik untuk menarik panjang histori mulai dari 8 sampai 10 tahun sebelumnya. Hal ini penting untuk melihat konsistensi dan adanya anomali pada arus kasnya.

Kalau kita bandingkan ke tahun-tahun sebelumnya, OCF BRI sendiri cenderung bertumbuh konsisten dari tahun ke tahun. Namun, ada sedikit ketidakkonsistenan/anomali PCF pada tahun 2020 dan 2021 yang porsinya menurun banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Alasannya tentu karena pada tahun itu, bank lebih berhati-hati  dan konservatif dalam penyaluran kredit, akibat kondisi pandemi COVID-19. 

Sekian bedah cash flow perbankan part 3 ini. Tentu mempelajari cara membedah laporan keuangan perbankan seperti yang sudah kami bagikan dalam 3 part selama tiga minggu ini, bisa menjadi bahan Anda untuk lebih memahami cara menginterpretasi analisis bisnis, misalnya jika ada THINK Dex yang membahas saham perbankan.

3 part bedah keuangan BRI selama tiga minggu ini juga hanya porsi kecil dalam menganalisis bisnis perbankan (bahkan belum satu persennya). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai bisnis perbankan secara keseluruhan, Anda bisa menonton Thinkcase BBRI yang baru kami upload bulan Maret lalu. Youtube kami juga sempat beberapa kali membahas BBRI dengan padat, namun insightful.

Untuk pemahaman lebih lanjut silakan mendiskusikan topik ini di dalam grup chat yang tersedia bagi member Full Program Membership atau Free Trial THINK.

Comments (0)
Write a comment

No comment yet

Recommended

Read