Di artikel sebelumnya, saya sudah membahas mengenai sejarah BCA dari awal pendirian hingga mengalami kesulitan pada krisis moneter tahun 1997-1998. Meski pernah di ambang kebangkrutan, BCA mampu bangkit dan terus bertumbuh.
Pertumbuhannya yang berkelanjutan ini membuat BCA mempertahankan statusnya sebagai bank swasta terbesar di Indonesia. Apa sih rahasia BCA sehingga dapat mendominasi pasar perbankan di Indonesia?
Kekuatan #1: Ekosistem perbankan
Selama beberapa tahun terakhir, BCA sedang fokus untuk digitalisasi. Semakin lama, transaksi melalui mobile banking dan internet banking menjadi semakin populer.
BCA memiliki dua aplikasi mobile banking untuk nasabah, yaitu BCA mobile dan myBCA. Menurut Presiden Direktur - Jahja Setiaatmadja, BCA mobile diluncurkan pada 2011 lalu dengan interface yang kuno dan fitur yang terbatas. Namun, BCA mobile tetap dipertahankan bagi pengguna yang sudah terbiasa dan hanya memerlukan fasilitas dasar (basic).
BCA tidak menambah fitur terlalu banyak pada BCA mobile karena akan membuat pengguna-pengguna, khususnya yang sudah berusia, menjadi sulit beradaptasi. Oleh karena itu, BCA meluncurkan myBCA pada tahun 2021. MyBCA memiliki lebih banyak fitur dan diperuntukkan anak-anak muda yang mengerti teknologi.
Kini, sebanyak 31 juta orang menggunakan mobile banking dan internet banking BCA. BCA memfasilitasi lebih dari 25 miliar transaksi senilai hampir Rp25 kuadriliun pada tahun 2023.
Di kota-kota besar, hampir semua orang memiliki rekening BCA; banyak di antaranya merupakan High Net Worth Individuals (HNWI) dan memercayai BCA dengan uang berjumlah besar.
Dari pengalaman saya sendiri yang tinggal di Surabaya, hampir semua orang yang saya kenal memiliki rekening BCA. Apabila saya tidak punya rekening BCA, setiap transaksi yang saya lakukan akan dikenakan biaya admin antar-bank, sebesar Rp2.500 dengan BI-FAST. Teman yang ingin transfer ke saya juga tidak akan senang karena harus membayar lebih untuk biaya admin antar-bank ini.
Biaya admin ini secara nominal mungkin tidak terlalu besar, tetapi apabila harus dibayar setiap kali melakukan transfer, lama-lama tentu akan menjadi besar. Rp2.500 akan semakin terasa besar apalagi saat melakukan transfer dengan jumlah kecil.
Namun, biaya ini akan hilang apabila saya juga memiliki rekening BCA. Ikut memiliki rekening BCA akan mempermudah transaksi yang saya lakukan karena tidak perlu membayar biaya transfer antar-bank.
Bagi saya yang tinggal di kota, memiliki rekening BCA bukan lagi sebuah pilihan, namun menjadi sebuah keharusan. Meskipun saya ingin menyimpan uang di bank lain, mau tidak mau saya harus tetap memiliki paling tidak satu rekening BCA untuk kebutuhan operasional ini.
Keunggulan #2: High CASA, low COF
Saya yakin hal yang saya alami ini juga dialami oleh banyak orang lain yang tinggal di kota. BCA bukan hanya bank untuk menyimpan uang nganggur, tetapi juga uang operasional sehari-hari.
Uang nganggur ini biasanya ditaruh dalam giro dan tabungan, atau yang sering disebut Current Account Savings Account (CASA). Pada industri perbankan, CASA disebut sebagai “dana murah” karena bunganya yang sangat rendah. Bank dengan CASA yang tinggi memiliki akses pendanaan yang murah.
Sebagai bank top-of-mind dalam kegiatan operasional, BCA memiliki CASA yang sangat besar. CASA BCA mencapai lebih dari 80% dari total dana pihak ketiga (DPK) bank. Sebuah figur yang sangat tinggi dibandingkan rata-rata industri sebesar 62,8%.
Grafik 1: CASA Ratio Industry vs BCA/Sumber: BCA 1H24 Corporate Presentation.
Dengan CASA Ratio yang tinggi, BCA memiliki dana murah yang melimpah, sebuah keunggulan kompetitif yang sulit ditiru bank-bank lain. BCA mampu memiliki pendanaan lebih banyak dengan biaya lebih sedikit.
“High-risk, high reward”
Meskipun tidak berlaku umum, quotes ini berlaku dalam industri perbankan. Menabung di bank dengan risiko tinggi akan memberi bunga tinggi. Sebaliknya, menabung di bank dengan risiko rendah akan memberi bunga rendah.
Banyak bank digital menawarkan tabungan dengan bunga mencapai 3,5% per tahun dan deposito hingga 6% per tahun, di atas batas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) 4,25%. Bank digital ini menawarkan tabungan dengan bunga tinggi agar deposan tertarik untuk menabung di bank yang relatif berisiko tinggi ini.
Berbeda dengan bank-bank lainnya, BCA memiliki tingkat kepercayaan yang sangat tinggi. Tabungan Tahapan BCA memiliki bunga 0,01% per tahun, dan deposito BCA memiliki bunga 2 - 3,25%. Meskipun bunganya sangat rendah, masyarakat tetap ingin menabung di BCA karena merasa percaya dan nyaman di BCA.
Dari total dana pihak ketiga (DPK) BCA sebesar Rp1.102 triliun pada 2023, BCA membayar beban bunga Rp12,3 triliun, atau hanya sebesar 1,1%. Angka ini jauh lebih kecil dari BMRI (2,3%), BBRI (3,2%), dan BBNI (2,5%).
Keunggulan Cost of Fund (COF) yang rendah bisa diibaratkan sebuah perusahaan manufaktur yang memiliki bahan baku yang murah. Dengan bahan baku yang murah, harga jual tidak perlu tinggi-tinggi, perusahaan sudah akan untung. Di saat produsen lain masih rugi, perusahaan dengan bahan baku murah sudah untung.
Karena COF yang rendah, BCA tidak perlu menyalurkan kredit dengan bunga yang terlalu tinggi untuk menjaga marjin. Peristiwa ini berhubungan dengan keunggulan BCA yang ketiga.
Keunggulan #3: Penyaluran kredit yang konservatif
Sekali lagi, high-risk, high reward. Debitur yang lebih berisiko akan dikenakan bunga yang lebih tinggi, sedangkan debitur yang berisiko rendah akan diberi bunga yang lebih rendah.
Untuk mendapatkan Net Interest Margin (NIM) 5%, BCA bisa menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih murah dari bank lain yang tidak memiliki akses COF rendah. BCA tidak perlu menargetkan Gross Interest Margin (GIM) terlalu tinggi untuk menjaga marjin. Oleh karena itu, BCA mampu memilih-memilih debitur.
BCA dapat memilih debitur yang rendah risiko karena BCA mampu memberi suku bunga yang lebih menarik. Di sisi lain, bank-bank dengan “bahan baku” yang tinggi akan kesulitan untuk memilih-memilih debitur karena tidak mampu memberi mereka bunga yang rendah. Mau tidak mau, bank dengan COF tinggi harus menyalurkan kredit ke debitur yang lebih berisiko.
Proses seleksi debitur yang sangat ketat ini membuat BCA menjadi terkenal. Debitur yang bisa di-ACC di bank lain, belum tentu di-ACC di BCA. Hanya nasabah yang berisiko rendah yang bisa mendapat pinjaman dari BCA.
BCA berhasil menyeleksi debitur-debitur yang memiliki kemampuan membayar yang tinggi dan mempunyai collateral atau jaminan yang bernilai. Oleh karena itu, penyaluran kredit BCA menjadi aman dan membukukan Non-Performing Loan (NPL) yang rendah.
Per Juni 2024, segmen korporasi dan konsumen BCA masing-masing memiliki NPL net sebesar 1,8% dan 1,9%, lebih rendah dari segmen komersial dan UKM yang masing-masing sebesar 3,3% dan 2,5%.
Grafik 2: Komposisi Kredit BCA/Sumber: BCA 1H24 Corporate Presentation.
Penyaluran kredit yang prudent terbukti dengan NPL yang rendah. Per Juni 2024, BCA mencatat NPL gross 4,7%, NPL net 2,1%, dan loan at risk (LAR) 6,3%. Secara historis, BCA mampu secara konsisten membukukan NPL yang sangat rendah dibanding bank lainnya.
Di industri keuangan, suatu lembaga keuangan harus mencadangkan sejumlah uang untuk mengatasi terjadinya kredit bermasalah. Cadangan ini disebut Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Cadangan ini akan dibebankan di laba rugi dan memengaruhi kinerja bank. Akumulasi CKPN akan diletakkan di neraca sebagai kontra aset.
Dalam perbankan, konservatif itu penting. Percuma menyalurkan kredit dengan bunga 30% per tahun apabila debitur gagal bayar. Bank harus mencadangkan kerugian atau bahkan menghapus buku kredit.
Bank yang konservatif seperti BCA memiliki pencadangan yang jauh lebih besar dibanding NPL yang dimiliki. Karena NPLnya sangat rendah, BCA tidak perlu menyiapkan pencadangan yang terlalu besar untuk mencukupi kebutuhan, sehingga berdampak positif terhadap profitabilitas bank.
PSAK 71 yang diterapkan pada 2020 memaksa bank untuk menjadi lebih konservatif. PSAK 71 menggantikan PSAK 55. Dulu, bank menggunakan incurred loss, yakni kerugian diakui ketika kerugian benar-benar terjadi. Adanya PSAK 71 membuat bank menggunakan pendekatan Expected Credit Loss (ECL). Bank harus memperkirakan kerugian yang mungkin terjadi di masa depan, bahkan sebelum kerugian itu benar-benar terjadi.
Pada 2020, laba bersih BMRI, BBRI, dan BBNI turun masing 38%, 46%, dan 79%. Penurunan laba yang signifikan ini akibat dari pencadangan yang tidak se-prudent BCA pada tahun-tahun sebelumnya. Di tengah pandemi COVID-19 dan PSAK 71, industri perbankan di Indonesia menyadari bahwa mereka tidak memiliki pencadangan yang cukup. Alhasil, bank-bank ini harus membukukan beban CKPN besar-besaran untuk memenuhi pencadangan.
Di sisi lain, BCA sudah konservatif dari awal. Bahkan sebelum PSAK 71, BCA sudah memiliki pencadangan yang besar, sehingga tidak perlu membukukan beban CKPN yang terlalu besar. Berbeda dengan bank lainnya, laba bersih BCA hanya turun 5% pada 2020.
BCA memang memiliki keunggulan-keunggulan yang memampukannya untuk mengungguli bank-bank lain. 3 keunggulan ini mungkin terdengar sederhana namun merupakan hasil dari perjuangan yang lama. 3 keunggulan ini membedakan BCA dengan bank lain dan menjadi dasar dari kuatnya kinerja BCA secara berkelanjutan.
*Tulisan dalam artikel ini disajikan hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan kesimpulan atau rekomendasi saran investasi apa pun.
MADE
Ijin nambahin..Efisiensi yang tercermin dalam rasio BOPO, BBCA paling rendah dari industri