How would you know your soulmate?
Tentunya dengan menilai bibit, bebet dan bobotnya bukan?
Ketika ingin mengetahui apakah pasangan kita memang benar-benar orang yang tepat untuk menjalani hidup bersama, tentunya kita membutuhkan penilaian secara mendalam. Sudah sewajarnya kita menanyakan beberapa hal krusial untuk mengetahui kualitas dari pasangan.
Bagaimanakah pengalaman hidupnya? Apakah ada kejadian tertentu yang membuatnya seperti sekarang? Apakah dia memiliki pengetahuan dan kondisi finansial yang memadai? Bagaimana keluarganya? Apakah dia memiliki karakteristik yang sesuai dengan kepribadian saya?
Terdapat 1.000 pertanyaan yang tentunya akan mendarat di pikiran kita. Hal ini sangat wajar karena ini adalah keputusan seumur hidup yang tentunya dapat mengubah hidup seutuhnya. Kecemasan memilih pasangan yang kurang sesuai membuat kita tetap menilai seluruh aspek pasangan secara mendalam.
That ‘worriness’ should be applied when analyzing business too.
Investing is all about commitment and rationality. Namun, agak berbeda dengan memilih pasangan yang tentunya masing-masing individu memiliki standarnya sendiri, definisi dari great investment adalah investasi yang dapat memberikan return optimal dan minimum downside secara sustainable, dalam jangka panjang.
Hal ini dapat dicapai dengan membeli bisnis berkualitas pada harga di bawah nilai intrinsiknya. Untuk menentukan kualitas suatu bisnis tentunya investor harus menganalisisnya secara komprehensif.
Pertanyaan selanjutnya adalah, dari mana kita bisa memulai analisis?
Salah satu titik awal adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Dengan melihat bagaimana posisi, performa maupun rincian keuangan perusahaan, investor dapat melihat gambaran awal bagaimana kondisi perusahaan. Investor juga dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi clue untuk proses analisis lebih lanjut.
This is where accounting comes in.
Akuntansi menjadi sistem yang menjawab permasalahan mengenai bagaimana performa perusahaan diungkapkan. Tanpa adanya akuntansi, setiap bisnis berpotensi ‘berbicara’ dengan bahasa yang berbeda tanpa adanya standarisasi.
Investor sebagai owner perusahaan mampu mendapatkan berbagai informasi berharga, seperti aset yang dimiliki perusahaan, struktur biaya maupun modal dan juga arus kas perusahaan. Bahasa bisnis bernama akuntasi ini menjadi sumber informasi tersebut.
Segala data yang disajikan di laporan keuangan dapat dijadikan starting point analisis lebih lanjut seperti membandingkannya dengan kinerja masa lalu maupun dengan perusahaan lain. Investor juga dapat mengetahui model bisnis perusahaan melalui penelaahan bagaimana angka pada laporan keuangan dapat terbentuk.
Language barrier
For most of the time, however, investors often found themselves having ‘language barrier’ on understanding the financial statement. Banyaknya istilah asing dan teknis tidak jarang membuat investor mengalami kendala dalam mendapatkan gambaran kondisi sebenarnya dari suatu bisnis.
Hal ini mengakibatkan investor mengambil jalan pintas dengan tidak memedulikan akun-akun penting pada laporan keuangan sehingga berpotensi mengambil kesimpulan yang salah dalam mengetahui karakteristik bisnis tersebut.
Lihat saja laporan keuangan salah satu bank terbesar Indonesia di bawah:
Gambar 1: Laporan Keuangan BBCA FY 2023/Sumber: Website perusahaan.
Bahkan pada laporan keuangan perusahaan retail yang model bisnisnya terlihat simple juga terdapat akun ‘asing’ bagi investor pemula:
Gambar 2: Laporan Keuangan AMRT FY 2023/Sumber: Website perusahaan.
Tidak dapat dimungkiri, terutama bagi investor yang tidak memiliki latar belakang finance maupun akuntansi, mereka sering menghadapi kesulitan dalam memahami laporan keuangan perusahaan secara utuh. Banyaknya jenis akun dan rincian atas masing-masing akun tersebut membutuhkan knowledge dan keahlian yang tentu memerlukan komitmen lagi untuk mempelajarinya.
Missing the forest for the trees, permasalahan yang dialami oleh semua investor
Meskipun permasalahan pemahaman akuntansi sering dihadapi oleh mayoritas investor pemula, terdapat challenge lain yang sering menimpa investor bahkan bagi yang sudah berpengalaman di pasar modal sekalipun.
Ketika menganalisis laporan keuangan perusahaan, terutama pada industri yang belum menjadi circle of competence-nya, investor sering terjerumus pada akun-akun, rasio-rasio, dan aspek akuntansi lainnya - yang bahkan pada akhirnya melupakan the big picture mengenai alasan munculnya angka-angka tersebut.
Biasanya, investor yang terlalu berfokus pada aspek akuntansi akan mengabaikan atau memberikan sedikit atensi pada sumber informasi lainnya, menjadikan laporan keuangan sebagai satu-satunya basis utama dalam menilai perusahaan.
Sebagai contoh ketika investor sedang mempelajari industri retail, salah satu rasio yang sering dijadikan sebagai patokan untuk menilai efisiensi operasional perusahaan adalah Cash Conversion Cycle (CCC).
Rasio ini memang menjadi basis judgement yang sangat baik untuk mengomparasi kinerja perusahaan-perusahaan di industri retail. Sebab, salah satu ‘kunci sukses’ pada industri tersebut adalah seberapa kompeten perusahaan dalam mengelola working capital perusahaan.
Namun, menjadikan CCC sebagai satu-satunya kompas adalah hal yang salah. Terlebih lagi apabila investor hanya melihat rasio CCC tersebut tanpa mencari tahu alasan atau bahkan cerita di baliknya.
Bisa saja terdapat pengakuan akuntansi yang berbeda, karakteristik bisnis yang sebenarnya tidak sama atau bahkan perusahan melakukan trik akuntansi (secara legal tentunya) agar dapat mempercantik laporan keuangan.
Dalam proses analisis laporan keuangan, outcome yang seharusnya dihasilkan adalah pemahaman kualitatif dan komprehensif (story) mengenai karakteristik perusahaan dan judgement atas kualitas karakteristik tersebut.
Apabila kita mengingat mental model detektif, lawyer dan judge dari THINK, maka kita bisa melihat bahwa outcome dari proses menjadi detektif bersifat kualitatif agar kita dapat menilainya pada tahap lawyer dan menentukan nilai wajarnya pada tahap judge.
Jika diibaratkan bertemu dengan orang asing, peran akuntansi layaknya rule atau struktur grammar dari bahasa asing tersebut (misalnya penggolongan kata feminin atau maskulin pada sistem bahasa Perancis atau penggunaan to be pada struktur kalimat bahasa Inggris).
Anda tentunya tidak perlu menjadi seorang profesor atau ahli bahasa untuk dapat memulai sebuah percakapan. Hal yang justru lebih krusial tentunya adalah makna atau informasi yang didapatkan dari proses komunikasi tersebut. Nilai intrinsik dari akuntansi adalah sebagai kamus atau guideline bagi investor dalam menganalisis bisnis secara keseluruhan.
The bodybuilder mental model: Cara efektif mempelajari akuntansi secara konkret dalam point of view sebagai business owner
Seperti peribahasa “banyak jalan menuju Roma”, terdapat banyak cara investor untuk memahami akuntansi secara komprehensif (namun tidak terlalu dalam layaknya akuntan) dan mengintegrasikannya dengan informasi lain untuk menghasilkan kesimpulan yang benar atas karakteristik bisnis.
THINK menggunakan analogi seorang binaragawan (bodybuilder) dalam melihat dinamika dan hubungan antar bagian pada laporan keuangan. Layaknya seorang binaragawan yang harus membentuk postur berotot pada seluruh tubuhnya (baik pada bagian atas maupun bawah), perusahaan yang baik tentunya harus memiliki kinerja keuangan yang mumpuni; baik pada neraca keuangan perusahaan, pelaporan income statement yang mampu menggambarkan hasil productivity perusahaan secara fair, serta memiliki arus kas yang lancar untuk dialokasikan bagi operasional, ekspansi, atau dibagikan kepada investor.
Mental model ini dapat membantu apabila Anda memiliki kesulitan dalam menjaga fokus pada hal krusial selama proses rekap dan analisis laporan keuangan.
Menjadi sebuah keniscayaan untuk mengerti cerita di balik angka pada laporan keuangan demi mempertajam analisis bisnis sehingga dapat memberikan judgement yang minim bias. Anda dapat belajar lebih lengkapnya pada THINK Tank - Business Language.