The Richest Man in Babylon, buku dari tahun 1926 itu masih menjadi salah satu buku tentang pengelolaan uang terbaik untuk pemula, yang masih sangat relevan hingga saat ini.
Buku tersebut menceritakan seorang pekerja keras yang sudah berumur. Dia merasa uang yang dihasilkan selama bekerja tidak ada lagi di masa tuanya. Menyadari itu, akhirnya dia pergi bertemu teman lamanya yang menjadi terkenal karena kaya. Dari teman itu, dia bermaksud belajar cara untuk menjadi kaya.
Menurut buku ini, terdapat beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menjadi kaya mulai dari sekarang.
Pertama, pay yourself first.
Buku ini menjelaskan bahwa gaji yang Anda terima itu sebenarnya bukan uang Anda. Kenapa bisa seperti itu? Bayangkan saja gaji yang Anda dapatkan, misalnya Rp 10 juta per bulan. Setelah gajian, uang itu langsung Anda pakai untuk bayar sewa kos sebesar Rp5 juta, kebutuhan rumah tangga sebesar Rp2 juta, makanan sebesar Rp3 juta.
Dari situ terlihat sekali, gaji Anda ya sebenarnya bukan punya Anda. Bisa dibilang, Anda bekerja bukan untuk diri Anda sendiri, melainkan untuk si pemilik kos tempat Anda tinggal, supermarket atau pasar tempat Anda belanja, dan restoran tempat Anda membeli makan.
Coba sekarang bayangkan. Dalam satu bulan, Anda bekerja selama 176 jam, dengan anggapan standar durasi kerja di kantor 8 jam sehari. Dengan mengorbankan waktu 176 jam itu, Anda mendapatkan Rp10 juta sebagai gaji.
Secara tidak langsung, saat membayar sewa kosan yang harganya Rp5 juta itu, Anda sama dengan menghabiskan 88 jam waktu bekerja hanya untuk dapat membayar sewa. Bayangkan kalau setiap bulannya, uang Anda habis untuk kebutuhan sehari-hari dan bulanan seperti itu? Anda selamanya akan menjadi budak bagi para pemilik bisnis.
Ingat soal real dan representative money dari artikel ini https://think.id/blog/uang-penemuan-terbaik-dalam-sejarah-manusia ?
Oleh karena itu, pay yourself first. Saat Anda mendapatkan gaji, sisihkan setidaknya 10% dari gaji untuk diri Anda ke depannya. Saat gaji naik, uang yang harus Anda sisihkan juga harus naik. Dari 10%, 20%, 50%, bahkan kalau bisa sisihkan 80%. Jika begitu pasti Anda akan semakin cepat untuk menjadi kaya.
Sebenarnya hal ini sangat simpel, tetapi jarang dilakukan. Mungkin karena kebanyakan orang hanya ingin enaknya saja tetapi tidak cukup dewasa untuk membayar pengorbanannya?
Kedua, wealth is not a matter of income
Menjadi kaya tidak semata-mata memiliki gaji atau penghasilan yang besar. Kalau pemasukan Anda naik, tapi pengeluaran juga semakin tinggi, jelas selisih yang ditabung akan tetap menjadi segitu-segitu saja.
Selayaknya investor yang sedang menganalisa perusahaan, pasti Anda akan melihat laporan keuangan dari perusahaan tersebut. Mulai dari omsetnya berapa, lalu dipotong pengeluarannya berapa, sampai sisa labanya berapa.
Konsep ini, juga harus dilakukan untuk diri sendiri. Catat pemasukan Anda berapa dan berapa banyak pengeluarannya, sehingga Anda sadar berapa sisa yang bisa ditabung?
Banyak orang yang tidak mencatat keuangannya sendiri sehingga pengeluarannya bocor melebihi pemasukan. Bahkan lebih parahnya lagi, sudah bocor malah pinjam uang ke pinjol. Sudah nambah utang dan nambah cicilan yang bunganya besar, semakin terlilitlah Anda dalam lingkaran setan budak korporat.
Sekarang renungkan semisalnya Anda sudah bekerja di 5 perusahaan berbeda dan mendapatkan gaji Rp100 juta per bulannya. Gaya hidup Anda memerlukan Rp98 juta per bulannya karena mungkin sudah terlalu lelah bekerja jadi perlu refreshing (atau karena FOMO ketinggalan lifestyle teman kantor sepantaran).
Memang benar Anda tetap sudah menyisihkan sebagian kecil uang untuk diri Anda di masa depan. Namun, kalau selama 5 tahun seperti itu, Anda hanya berhasil mengumpulkan tabungan Rp120 juta, yang bahkan baru bisa menutup pengeluaran Anda satu bulan saja. Sementara kalau saja Anda mengurangi sedikit pengeluaran menjadi Rp90 juta per bulannya, dalam 5 tahun Anda bisa mengumpulkan Rp600 juta.
Bagaimana kalau lebih dihemat lagi pengeluarannya? Coba cek lagi saat ini Anda di posisi yang mana?
Poin terakhir, the power of autopilot income
Setelah uang dari pemasukan sudah sisihkan dan Anda juga sudah mengurangi pengeluaran, hal terakhir yang harus Anda lakukan adalah investasi. Biarkan uang itu bekerja untuk diri Anda dan always invest in what you know best.
Bagaimana caranya? Investasi dulu pada dirimu sendiri. Pelajarilah investasi yang cocok dengan keseharianmu. Orang-orang terkaya di dunia biasanya investasi di aset produktif, seperti bisnis dan real estate.
Coba bayangkan jika dari Rp600 juta pada contoh di atas diinvestasikan dengan benar, uang itu bisa menggulung dengan sendirinya. Mungkin awalnya kecil dan tidak terasa, tetapi seiring berjalannya waktu, akan menggulung semakin besar seperti bola salju.
Sebagai contoh, jika secara rata-rata per tahun Anda bisa mendapatkan keuntungan 25%, maka modal awal Rp600 juta tersebut akan menjadi sekitar Rp1,2 miliar dalam 3 tahun. Rp600 juta naik menjadi Rp750 juta di tahun pertama, lalu menjadi Rp937,5 juta di tahun ke-2 dan menjadi hampir Rp1,2 miliar di tahun ke-3.
Double every 3 years. Bila digulung lagi, di tahun ke-6 akan menjadi Rp2,4 miliar, tahun ke-9 menjadi Rp4,8 miliar, tahun ke-12 menjadi Rp9,6 miliar, sampai Rp600 miliar di tahun ke-30.
Mudah untuk tulis hitung-hitungannya di atas kertas. Namun, apakah realitanya semudah itu?
Saya paham isi kepala Anda 😆.
But you gotta start somewhere, right?