Insights & Articles

Cerita Perjalanan Alfons: Mengasah Pemikiran, Menumbuhkan Kesempatan

id Wisdom August 20, 2024
At a Glance

Tidak semua berjalan seperti yang saya rencanakan. Tahun 2020 saya terkena pemecatan, namun juga malah memberi banyak pelajaran.

Mengisi waktu menganggur, saya mulai masuk ke dunia saham dan bertemu dengan THINK. Saya memberanikan diri menjajal ikut program beasiswa THINK dan ternyata berhasil.

Belajar dari THINK membuka banyak insight bermanfaat baru, bahkan berguna juga untuk pekerjaan baru saya di kemudian hari.

Semua kembali pada berinvestasi ke diri sendiri sehingga saya bisa belajar banyak hal, termasuk menyempurnakan kemampuan menulis dan menggabungkannya dengan pemahaman saham, yang membawa saya bisa berkontribusi untuk THINK.

Ketika lulus kuliah lalu melewati masa probation bekerja, saya tidak pernah mengira akan sekali pun terkena pemecatan saat berkarir nanti. Nyatanya, menjelang akhir tahun 2020, saya relakan diri untuk dipecat dari pekerjaan. Mungkin benar yang banyak orang bilang:

"Men plan, God laughs.”

Tidak semua bisa berjalan seperti apa yang saya rencanakan. Apakah tahun 2020 memberi kejutan untukmu juga?

Meski begitu, tahun 2020 tetap menjadi tahun penuh pembelajaran bagi saya. Utamanya dari sisi mental dan finansial. Saya terbilang beruntung karena masih bisa banyak menjalani hari di rumah bersama orang-orang terdekat selagi tetap menghidupi keluarga inti dan extended-family dengan bermodal simpanan tabungan yang ada.

Setidaknya, tidak perlu tergesa-gesa untuk segera mencari sumber pendapatan baru. Saya juga sadar bahwa ternyata rezeki pasti tetap cukup untuk hidup sederhana sesuai kebutuhan.

Ketertarikan pada saham dan mulai menjajal

Saat krisis itu, hal lainnya yang saya syukuri adalah tidak perlu ikut-ikutan panik menjual saham. Saat itu kurang lebih saya baru 2 tahun berkecimpung di saham (berarti pertamanya tahun 2018). Sejak awal meraba-raba tentang investasi saham, satu prinsip utama yang saya pegang adalah selalu memakai uang dingin: uang nganggur yang kira-kira tidak akan saya pakai dalam 1-3 tahun ke depan.

Walau portofolio masih kecil, tetap saja saya kepikiran dan khawatir saat melihat porto minus hingga 50%. Merasakan market crash, ditambah situasi kehilangan penghasilan memang merupakan pengalaman yang benar-benar melatih kerendahan hati.

Karena saat itu masih mampu untuk cukup tenang, saya memilih memanfaatkan waktu luang untuk mendalami pemahaman tentang investasi saham. Saya pun menjadi semakin paham bahwa sepanjang hidup, saya tidak bisa terus-terusan bergantung pada gaji bulanan.

Saya sadar selama ini masih banyak menukarkan waktu dengan gaji. I was still earning mostly with my time. Saya ingin setelah 2020 itu, saya lanjut naik kelas dengan lebih menghasilkan bermodalkan pemikiran saya.  Belajar dari angel investor Naval Ravikant yang menuliskan:

"Earn with your mind, not your time."

Belajar dari THINK

Sumber utama belajar saya saat itu adalah buku dan media sosial. Di antara beragam noise seputar saham di media sosial, THINK (yang saat itu masih bernama TRI) menarik perhatian saya. Awalnya pun saya tertarik karena THINK banyak disuarakan oleh Ko Chris Angkasa.

Q1 2021, saya masih belum mendapat pekerjaan utama juga. Saya sempat berpikir panjang untuk mulai subscribe TRI saja, tapi opening untuk beasiswa TRI saat itu memancing rasa penasaran saya. Saya tertantang untuk mengikuti seleksi menjadi beswan. Saya rasa belum ada komunitas yang meminta calon anggotanya untuk menuliskan tesis investasi sebagai salah satu persyaratan.

Persyaratan tersebut malah menjadi motivasi bagi saya untuk mencoba mendaftar THINK. Apalagi, saya juga memiliki aspirasi personal untuk meningkatkan kemampuan menulis. Menulis, merupakan salah satu media yang saya yakin bisa membantu mempertajam pemikiran dan mengurangi emosi yang keruh.

Saya pikir, jika tidak lulus pun setidaknya saya bisa mendapatkan saran atau masukan tentang bagaimana melakukan analisis bisnis yang lebih baik.

Jika melihat ke belakang, memberanikan diri untuk mendaftar THINK menjadi salah satu keputusan terbaik saya dalam perjalanan berinvestasi. Ternyata memang betul bahwa semua tetap perlu berawal dari kesadaran untuk berinvestasi pada diri sendiri.

Investasi awal di THINK bisa dibilang cukup mahal, tapi bagi saya tentu lebih bermanfaat dalam jangka panjang dibandingkan menghabiskan waktu dan biaya dalam aktivitas spekulasi. Apalagi, THINK melatih untuk belajar berpikir dan fokus pada pemahaman bisnis.

Dalam proses tersebut, saya belajar yakin bahwa pengetahuan dan kemampuan berpikir bisa membentuk saya menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar dan pada akhirnya juga membawa kebaikan untuk diri sendiri. Ternyata, pengetahuan juga bisa compounding ya.

Ilmu dari THINK bisa digunakan dalam pekerjaan baru

Pola pikir yang semakin dipertajam dengan belajar di THINK turut membantu ketika saya lanjut bekerja. Pada tahun 2021, saya memberanikan diri mengambil kesempatan bekerja di bidang yang baru bagi saya, yaitu business development.

Setelah hampir satu dekade sebelumnya lebih dominan di project management dan technical sales, business development merupakan peran yang menarik yang saya rasa memerlukan keseimbangan dalam bekerja dengan perspektif investor dan juga operator.

Pembelajaran seputar capital allocation yang menjadi perhatian investor dalam memahami dan menilai bisnis, bisa saya terapkan dalam role tersebut karena salah satu tugas saya adalah memberi input alokasi resources yang bisa memberikan profitable business impact.

Kebiasaan memakai topi "detektif" yang diajarkan di framework THINK juga bermanfaat dalam pekerjaan utama saya saat ini, terutama dalam memahami value chain bisnis klien-klien sehingga saya bisa berdiskusi tentang beragam topik dengan mereka.

Di sisi personal investment, berproses di THINK mendorong saya mulai bisa membentuk conviction yang lebih mandiri. Conviction tersebut juga membantu saya mendapatkan bagger pertama dalam perjalanan investasi. Justru di saat modal masih kecil ini, saya bersyukur bisa terus berlatih dengan framework yang tepat, daripada terus-terusan tersesat.

Saya menjadi lebih yakin bahwa berinvestasi di saham bisa terus dijalani dan selanjutnya bisa menjadi sumber autopilot income yang mencukupi kebutuhan.

Saya berterima kasih pada THINK serta tim yang terlibat di dalamnya. Saya yakin apa yang diajarkan dan dibentuk di THINK bermanfaat bagi mereka yang serius ingin belajar. Setelah tiga tahun lebih bersama THINK, selain terus bisa menajamkan pemikiran, saya juga mendapat banyak kenalan baru yang luar biasa dan menjadi sumber-sumber pembelajaran saya dalam berinvestasi.

Saya pun teringat salah satu pesan Buffett bahwa berinvestasi pada diri sendiri pada akhirnya akan membawa manfaat.

"By far the best investment you can make is in yourself. For example, communication skills.”

 

“I told students that they are going to graduate school and businesses and they are going to learn all these complicated formulas and all that.”

 

“If they learn to communicate better, both in writing and in person, they increase their value at least 50%.”

 

“If you invest in yourself, nobody can take it away from you."

– Warren Buffett –

Sumber: Yahoo Finance Youtube.

Menulis dan kesempatan baru

Hal yang menarik lainnya, lewat kebiasaan menulis tadi, ternyata benar-benar selanjutnya memang bisa menghubungkan saya dengan orang-orang yang sefrekuensi dengan pemikiran saya. Tak hanya itu, menulis bahkan juga menumbuhkan kesempatan-kesempatan baru. Salah satunya yang saya syukuri tentunya bisa ikut berkontribusi lewat tulisan untuk YouTube THINK dan THINK Articles.

Semoga saya bisa terus saling berbagi manfaat untuk member THINK dan bertumbuh menjadi investor full-time!

Comments (0)
Write a comment

No comment yet

Recommended

Read