Insights & Articles

Cash Hoarding Tidak Selamanya Baik bagi Perusahaan

id Wisdom September 6, 2024
At a Glance

Cash Buffer adalah hal yang sangat krusial untuk dimiliki perusahaan yang ingin berjalan dengan baik.

Pada tingkat tertentu, bagaimanapun mempraktikkan cash hoarding atau menumpuk terlalu banyak cash dalam balance sheet tidaklah perlu. Hal itu bahkan bisa mengarah pada subpar return ke para shareholder.

Hal terpenting bagi shareholder dalam jalan panjang tentu kembali pada kapabilitas manajemen dalam mengalokasikan capitalnya.

Izinkan saya membuka artikel ini dengan membahas suatu penyakit langka, namun berbahaya.

Polisitemia Vera adalah suatu penyakit yang muncul karena penderita memiliki terlalu banyak sel darah merah di dalam tubuhnya. Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen yang membuat sumsum tulang belakang menghasilkan terlalu banyak sel darah merah. 

Kondisi ini membuat darah mudah mengental sehingga mengalir lebih lambat dan menjadikan organ-organ tubuh kurang mendapatkan oksigen yang cukup. Akibatnya, para penderita Polisitemia Vera berisiko tinggi mengalami stroke.

Apa hubungannya dengan bisnis?

Cash memiliki peran krusial dalam bisnis. Layaknya darah yang berperan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam tubuh sekaligus menjaga setiap organ bekerja dengan baik, cash memastikan keseluruhan operasional bisnis berjalan dengan baik. 

Surplus cash flow yang dihasilkan merepresentasikan keuntungan riil dari bisnis tersebut. Suatu bisnis dikatakan ideal apabila bisa menjadi cash-generating machine bagi pemiliknya. 

Namun, banyak investor sering salah kaprah mengasosiasikan cash dengan cash flow. Dalam anggapannya cash sama dengan cash flow. Meskipun telah banyak perbedaannya, investor sering menganggap perusahaan yang memiliki cash besar pada balance sheet-nya, pada dasarnya juga memiliki cash flow generation capability yang baik pula. 

Pada kenyataannya, cash flow cash. It is totally two different things. Cash hanya akan memberikan value bagi pemegang saham apabila cash tersebut dapat dialokasikan dengan baik.

Peran cash dalam bisnis

Pada dasarnya, cash memiliki berbagai fungsi bagi suatu bisnis. Misalnya saja untuk membayar operational expense (gaji karyawan, utilities, dll.), membayar capital expenditure (working capital, fixed asset, dll.), melunasi utang, hingga yang secara langsung berdampak untuk pemegang saham – membagikan dividen atau buyback saham.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, manajemen harus selalu menyiapkan kas yang cukup agar bisnis dapat berjalan dengan baik. 

Bayangkan apabila Anda memiliki sebuah restoran dan tidak dapat menjual persediaan makanan yang tidak mampu bertahan lama, sedangkan supplier restoran sudah mulai meminta Anda untuk membayar utang usaha atas bahan baku restoran. Apa yang Anda lakukan? 

Jika bisnis Anda memiliki spare cash, tentu Anda dapat membayar utang supplier seluruhnya atau sebagian; lalu sisanya dapat dinegosiasikan. Namun apabila ternyata bisnis tidak memiliki cash, tentunya Anda akan mengalami kesulitan ke depannya sebab tidak akan ada lagi supplier yang ingin menyuplai barangnya ke restoran. 

Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan cash buffer yang cukup untuk menjaga kelancaran kegiatan bisnis sehari-hari. 

Berapakah cash buffer yang cukup? 

Tentunya tergantung dengan karakteristik masing-masing bisnis dan industri. Perusahan capital efficient yang memiliki cash conversion cepat tentunya hanya memerlukan cash buffer yang lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan high fixed cost dan capital intensive

Pada kebanyakan perusahaan, cash buffer 6 sampai 12 bulan sudah bisa dikatakan cukup aman. Pada saat bersamaan juga tidak berlebihan sampai menggerus return on equity. Anda bisa belajar lebih dalam soal ini pada THINKTank Business Metrics. 

Dalam melakukan analisis dan judgement suatu bisnis, seorang investor harus menilai kemampuan manajemen dalam mengalokasikan modal hasil keuntungan perusahaan, terutama bisnis berkualitas tinggi yang mampu menghasilkan free cash flow yang baik.

Sebagaimana dikatakan Warren Buffett pada Annual Shareholder Letter pada 1987:

“The lack of skill that many CEOs have at capital allocation is no small matter: After ten years on the job, a CEO whose company annually retains earnings equal to 10% of net worth will have been responsible for the deployment of more than 60% of all the capital at work in the business.”

Cash hoarding

Menumpuk cash (cash hoarding) adalah suatu keputusan alokasi modal yang dapat memberikan potensi return sub-optimal bagi pemegang saham dalam jangka panjang. Anda bisa lihat contoh-contohnya di berbagai THINK Case & THINK Almanack yang sudah kami paparkan pada website.

Menurut THINK, cash hoarding tanpa tujuan yang jelas dapat menjadi alokasi yang kurang atraktif karena besarnya opportunity cost yang dihadapi perusahaan. 

Daripada menaruh terlalu banyak cash dalam jangka waktu yang lama terutama pada obligasi atau deposito yang return-nya rendah, perusahaan justru lebih baik membagikan keuntungannya kepada para pemegang saham. 

Dengan melakukan cash hoarding tanpa kebijaksanaan, bisnis pada akhirnya tidak akan jauh berbeda dengan sebuah bank yang “memarkirkan” modal pemegang saham tanpa adanya jaminan.

Comments (0)
Write a comment

No comment yet

Recommended

Read