Insights & Articles

Time: The Most Important Ingredient in Investing

id Wisdom August 30, 2024
At a Glance

Belajar berinvestasi seperti belajar memasak. Mengetahui apa dan bagaimana tidaklah cukup. Kita harus menguasai kepekaan terhadap kapan atau waktu.

Apresiasi sebuah saham atau instrumen finansial itu didasari oleh waktu; hasil produktivitas dalam kurun waktu tertentu. Jika mengerti hal ini, maka akan mengerti kenapa investasi jangka panjang merupakan sebuah aktivitas yang sangat rendah resikonya.

Dua implikasi praktis mengenai waktu. Pertama, belajar untuk mendapatkan lebih banyak waktu. Kedua, miliki mindset seorang value investor. When you buy well, you have less pressure to sell well.

Waktu harus menjadi sesuatu yang lebih berharga daripada uang di dalam kehidupan kita.

Ada seorang yang ingin belajar memasak satu masakan dari guru chef yang terkenal. Sang guru ini sebenarnya agak malas untuk mengajari, namun ia melihat ketekunan dalam diri murid tersebut. Maka, ia pun menyanggupinya.

Namun ia berkata, bahwa ia tidak akan mengajar sebagai seorang guru. Sang murid akan belajar dengan diperbolehkan untuk observasi ketika sang guru bekerja dan murid juga boleh bertanya.

Beberapa hari kemudian, murid itu menggunakan kesempatan emas ini untuk belajar. Dengan memegang catatannya, ia bertanya seperti bahan apa dan takaran yang digunakan, peralatan apa dan cara memakainya, dan banyak lagi pertanyaan lain.

Tapi setelah seminggu, si murid tersebut masih belum mampu menghasilkan masakan seperti gurunya.

Dalam keadaan frustasi, sang murid berkata kepada gurunya, "Guru, saya sudah mengikuti resep dan bahan sesuai ajarannya. Langkah-langkahnya pun saya sudah ikuti. Tapi, kenapa saya masih belum berhasil?"

Sang guru dengan sabar mendengar dan ia pun mendampingi murid tersebut untuk masak. Ia tersenyum karena sang murid ternyata sangat berbakat. Di langkah terakhir, ketika makanan mau diangkat dari panci, guru itu menahan tangan si murid dan berkata, "no, not yet, wait."

Dan beberapa detik kemudian, ia berkata, "now", dan hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Sang guru berkata, "kamu sudah bertanya banyak hal; bahan apa, alat apa, teknik apa. Tapi yang paling susah dan penting, tidak kamu tanyakan, yaitu soal kapan, berapa lama."

"Time is hard, and you can't master it by knowing what."

Dalam perjalanan investasi, tahap awal seorang investor dihabiskan dengan "what". Kita belajar untuk mengumpulkan data, menganalisa data, dan membuat kesimpulan. Ini merupakan tahap yang sangat intens dan melelahkan.

Tentu saja, hari ini, banyak investor yang memiliki imbal balik yang bagus dari informasi dan analisa yang tajam. Dari situ, wajar kalau kebanyakan literatur dan materi belajar didesain untuk memenuhi pertanyaan "apa".

Namun, informasi bukanlah bagian terpenting dalam perjalanan investasi. Sebab yang terpenting adalah waktu. Apresiasi sebuah saham atau instrumen finansial itu didasari oleh waktu; hasil produktivitas dalam kurun waktu tertentu. Kalau kita mengerti hal ini, maka kita akan mengerti kenapa investasi jangka panjang merupakan sebuah aktivitas yang sangat rendah resikonya.

Semakin lama produktivitas sebuah aset, maka nilainya akan mengikutinya. It becomes a positive sum game.

Ketika seorang investor mendapatkan profit dari analisa atau informasinya, dia mendapatkan profit tersebut dari ketidaktahuan atau kesalahan investor lain. It is a one time gain. Semakin banyak disparitas kesalahan atau ketidaktahuan tersebut, maka akan menjadikan profit semakin besar.

Lalu, karena market itu inefisien dan irasional, dalam waktu yang pendek akan memberikan imbal balik yang cukup menggiurkan. 

Tapi waktu merupakan dasar dari sistem kapitalisme hari ini. Artinya, aset itu bisa dihargai dengan produktivitas dan perkembangan total nilai dari ekonomi. Kalau Anda memegang surat utang dengan return 5%, ketahuilah bahwa ketika sampai di anak Anda, uangnya cukup banyak.

Ketika anak Anda menerima surat berharga itu, apakah dia peduli dengan CAGR yang rendah? It doesn't matter. But it matters for him that you have keep it for decades for him.

Inilah sebabnya terkadang saya mengatakan bahwa di atas angka tertentu, CAGR doesn't matter much. Itu hanya menjadi ajang pamer. One day, the game has to end.

Waktu bukan sekadar mengenai lamanya kita bisa berinvestasi (walaupun itu merupakan salah satu privilege seorang investor). Semakin lama seseorang bisa memiliki perusahaan yang produktif tentu saja meningkatkan tingkat keberhasilan dia. Tapi, memiliki waktu di dalam investasi juga berarti bahwa seseorang mampu menggeser keperluan hari ini ke masa depan.

Semakin bisa menunda keperluan hari ini, artinya Anda semakin memiliki waktu. Karena dengan demikian, seseorang bisa memiliki optionality atau pilihan. Optionality membuat seseorang bisa menunda pembelian rumah demi menaruh uang tersebut di instrumen yang memberikan imbal balik lebih tinggi. Makanya orang yang memiliki mertua, umumnya memiliki waktu yang lebih sedikit.

Optionality for better future

Optionality membuat seseorang mampu memegang cash yang memberikan return tidak seberapa hari ini, karena dia percaya akan bisa mendapatkan hasil lebih baik di masa depan.

Optionality yang sama memberikan opsi untuk seseorang tidak terikat waktu dalam pembelian saham. Tanya saja fund manager yang performance-nya diukur per kuartal. Mereka tidak memiliki waktu.

Itulah sebabnya mereka tidak bisa tidak invest di pasar modal. Mereka harus terus membeli saham meskipun harganya sedang tidak murah. Berbeda dengan banyak investor ritel yang bisa memilih untuk tidak membeli saham ketika harganya sedang tidak murah.

Time is the most important ingredient in investing.

Banyak pertanyaan penting di dalam saham adalah mengenai waktu, misalnya soal "kapan" dan "berapa lama". Tapi justru sering sekali pertanyaan soal waktu ini, tidak ada jawabannya.

Ingat, ketika manusia berusaha mencari jawaban soal waktu yang tidak bisa diketahui, maka ia akan disuguhkan dengan orang-orang yang claim bahwa mereka memiliki jawabannya. Industri horoskop, tarot, nujum, ramal tangan, memenuhi kebutuhan ini.

Semoga kita sebagai investor tidak terjebak dengan hal yang serupa. Selalu ada hal yang unknowable, especially when it comes to time.

Pembelajaran investasi mirip dengan murid di awal cerita ini. Banyak hal soal teknik, analisa, valuasi, laporan keuangan, itu semua dapat dipelajari dengan sistematis. THINK tentu saja merupakan salah satu solusinya.

Namun, pembelajaran mengenai waktu, seperti kapan beli saham, berapa lama pegang saham, kapan saham naik, tidak akan bisa dipelajari dengan mudah. Dibutuhkan kalibrasi dari senior, jam terbang, bahkan kesalahan-kesalahan untuk menguasai waktu di dalam perjalanan investasi kita.

Ada dua implikasi praktis yang bisa saya bagikan mengenai waktu ini. Pertama, belajar untuk mendapatkan lebih banyak waktu. Banyak bagian dari hidup kita yang bisa kita tata untuk mendapatkan lebih banyak waktu. Misalnya kita bisa disiplin dalam menata keuangan kita, mana uang dingin, mana uang panas.

Menggunakan uang panas dalam investasi saham tentu saja merupakan gol bunuh diri, sebuah kesalahan yang berimplikasi pada waktu. Sesungguhnya ketika seseorang melakukan hal ini, ia sedang meminjam waktu yang ia tidak sadar harus dikembalikan. Ibarat meminjam uang, di mana, kapan saja, uang itu bisa diminta balik.

It is a time mistake more than a money mistake.

Kesehatan juga bisa menjadi bagian dari kita menciptakan waktu lebih banyak. Tahun ini, saya banyak mengurusi soal kesehatan, dari disiplin makan, olahraga, check up rutin. Ini bagian yang akan susah dimengerti oleh diri saya 10 tahun lalu, but better late than never.

Lalu, hal terakhir yang bisa kita lakukan adalah melatih kesabaran. Dengan memiliki kesabaran, ini mengurangi tendensi kita mengejar sesuatu yang tidak perlu kita kejar. We create time for ourselves when we learn to be patient.

Implikasi kedua berhubungan dengan mindset kita berinvestasi. Tentu saja, ada orang yang memiliki return bagus dengan mindset mencari informasi lebih tepat dan cepat. Namun, sebagai value investor, kita memiliki kemampuan untuk mengerti nilai intrinsik dari bisnis. Oleh karena itu, kita memiliki kemampuan untuk menghindari pertanyaan "kapan" dan "berapa lama", sebuah pertanyaan yang sering ditanyakan tanpa jawaban.

Kalau kita mampu menilai sebuah saham atau bisnis, maka kita tidak perlu bertanya "kapan". Kita hanya perlu bertanya saham "apa" dan di harga "berapa". Toh di waktu yang sama, ada beberapa saham yang cukup menarik di harga yang kita bisa terima. Jadi problem yang kita hadapi adalah problem "apa".

Sama juga, kalau kita mengerti kualitas bisnis, dan membeli bisnis yang bagus, maka kita bisa menghindari problem "berapa lama". Problem yang kita hadapi adalah "seberapa bagus" instead of  "berapa lama". Buffett berkata, "Our favorite holding period is forever", tentunya ini jika ia mendapatkan bisnis yang bagus.

Makanya "beli" saham itu ada ilmunya.

Pertanyaan soal apa, berapa, dan seberapa bagus itu bisa dipelajari dan diaplikasikan dengan disiplin.

Sebaliknya, jual saham dengan baik itu ga ada ilmunya, atau sangat susah dipelajari. Ketika jual saham, Anda sudah dikunci dengan saham yang Anda miliki. Jadi bukan soal "apa" lagi, tapi soal "kapan". Anda mungkin bisa mengatakan jual saham yang sudah mahal, tetapi tidak ada jaminan saham mahal tidak akan menjadi makin mahal.

Kita bisa meminimalisir problem kedua dengan melakukan pembelian saham dengan baik. When you buy well, you have less pressure to sell well.

Pada akhirnya, understanding kita akan waktu akan bermuara dengan keputusan yang kita ambil dalam penggunaan waktu. Jikalau waktu merupakan komponen yang lebih kritis dari informasi, maka waktu itu menjadi sesuatu yang jauh lebih berharga.

Saya pun pikir, waktu harus menjadi sesuatu yang lebih berharga daripada uang di dalam kehidupan kita. Memang, waktu kita tukar dengan uang, tapi semoga kita tidak membuat kesalahan yaitu menaruh uang sebagai tempat berlabuh terakhir dari hidup kita.

It's time. Ketika kita bisa menggunakan kekayaan material kita untuk mendapatkan lebih banyak waktu. Waktu untuk bersama keluarga, waktu bersama pasangan, atau orang tua. Sesungguhnya hal paling berharga di dalam hidup tidak bisa dibeli dengan uang. Tetapi harus dibeli dengan waktu.

Akhir kata, ada perkataan di mana hartamu berada, di situ hatimu berada. Semoga hati kita tidak berlabuh di kekayaan materi, tapi di momen kemanusiaan kita.

Comments (4)
View All
September 09, 2024
Christopher

eh, baru sadar artikelnya uda up. ^.^ Thanks guys

Reply

Recommended

Read