Beberapa bulan yang lalu, persisnya tanggal 23 Agustus 2024, kita dikejutkan dengan adanya berita bahwa Shimizu Corporation akan melakukan voluntary tender offer terhadap saham TOTL dengan harga 580/lembar atas 19,9% (678,6 juta saham) atau ±400 miliar.
Siapakah Shimizu Corp dan kenapakah tiba-tiba ingin masuk ke jajaran pemegang saham dalam jumlah terbilang besar?
Sumber: Situs resmi Shimizu Corporation.
Shimizu Corporation adalah salah satu perusahaan yang sudah cukup tua dan terkemuka di Jepang. Shimizu Corp didirikan pada tahun 1804 di Edo oleh Kisuke Shimizu.
Saat ini Shimizu Corp merupakan perusahaan konstruksi top 5 di Jepang dan perusahaan konstruksi terbesar ke 9 di dunia. Perusahaan ini memperoleh nilai kontrak 2037 miliar JPY (±Rp200 triliun) dengan revenue 2005,5 miliar JPY dan laba 17,1 miliar JPY per tahun 2023.
Lalu, bagaimana dengan portofolio proyek Shimizu Corporation? Tentu saja perusahaan ini adalah kelas dunia dengan track record di berbagai negara. Ada beberapa proyek bergengsi yang dikerjakan oleh Shimizu di Indonesia yaitu: MRT Jakarta, Trinity Tower, Proyek PLTA Asahan, ADR Tower PIK, dan ada beberapa lagi.
Sebagian dari proyek tersebut dikerjakan bersama dengan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL), apalagi Shimizu dan TOTL memang merupakan partner lama. Apabila Anda pernah mencoba menganalisis TOTL, maka nama Shimizu Corp bukanlah nama yang asing. Dari situ juga dapat disimpulkan bahwa Shimizu Corp merupakan salah satu kontraktor berskala internasional dan memiliki teknologi yang sudah sangat teruji.
Sumber: Annual Report Shimizu 2023
Namun, apabila kita melihat lebih dalam, beberapa tahun terakhir ini laba operasional Shimizu terus tergerus, sampai puncaknya di tahun 2023 mengalami kerugian. Laba yang diatribusikan kepada entitas induk dapat terselamatkan karena adanya laba dari penjualan aktiva tetap.
Manajemen menyebutkan bahwa terdapat penurunan gross profit dari kontrak konstruksi yang diselesaikan serta impairment dari beberapa kontrak skala besar dari Jepang dan internasional.
Sumber: Financial Highlights Shimizu.
Lantas, mengapa perusahaan dengan skala seperti Shimizu Corp masih perlu bekerja sama dengan TOTL? Karena Shimizu Corp merupakan perusahaan PMA yang terikat pada peraturan Presiden No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan.
Dalam peraturan ini, disebutkan bahwa PMA harus memiliki mitra lokal yang berbentuk PT dengan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) dan memenuhi kualifikasi tertentu, dengan komposisi kepemilikan saham juga ditentukan, yakni PMA dapat memiliki maksimal 67% saham; sedangkan minimal 33% harus dimiliki oleh kontraktor lokal.
Jika begitu, apakah yang menarik?
Sumber: Lapkeu TOTL Q3 2024
Pada laporan keuangan TOTL Q3 2024, terlihat adanya joint venture TOTL - Shimizu untuk proyek JKT11, dengan komposisi modal 49% banding 51% (TOTL menyuntikkan modal Rp137 miliar).
Sebagai perbandingan terhadap perolehan proyek Rp3,5 triliun, TOTL hanya menganggarkan capex Rp10 miliar. Dengan komposisi hampir berimbang, tentu dapat dihitung nilai modal yang disetorkan untuk proyek ini adalah ±Rp275 Miliar.
Proyek yang sangat besar bukan?
Saya juga dapat mengonfirmasi ukuran proyek ini dari laba yang dihasilkan dalam 3 bulan, yaitu sebesar ±Rp8 miliar dengan porsi TOTL sebesar Rp4 miliar. Sayangnya, detail proyek ini tidak dijelaskan secara terperinci oleh TOTL.
Data Center, Sebuah Peluang?
Tentu saja seorang investor tidak akan pernah puas dengan data yang diperoleh. Terdapat 1 link berita yang memberi secercah cahaya. Proyek tersebut adalah Data Center dan Shimizu Corp adalah salah satu kontraktor yang memiliki kualifikasi mengerjakan proyek tersebut, bahkan dalam skala global.
Market size Data Center di Indonesia.
Industri data center merupakan industri yang cukup hot di Indonesia. CAGR proyeksi pertumbuhan data center 2024 - 2029 sebesar 16,9%, sebuah angka yang cukup fantastis sebenarnya.
Faktor pendorong pertumbuhan tersebut adalah teknologi 5G, e-commerce, dan big data. Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung perkembangan sektor ini.
Sebenarnya, investasi data center di Indonesia jauh tertinggal dari Malaysia. Perusahaan teknologi seperti TikTok dan Google memilih menempatkan data di Malaysia meskipun Indonesia adalah pasar utama mereka.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, sepanjang tahun 2019-2024 investasi untuk data center sebesar US$ 25 miliar atau sekitar Rp400 triliun, sedangkan di Indonesia hanya Rp10 triliun. Pemerintah sedang mengejar ketertinggalan itu dengan menarik sebanyak mungkin investasi data center di RI.
Ironisnya, Indonesia tercatat menduduki peringkat pertama dalam hal menghabiskan waktu bermain handphone. Warga Indonesia menjadi pengguna paling lama menghabiskan waktu di handphone, yaitu sampai 6,05 jam setiap hari. Pada posisi kedua, warga Thailand menghabiskan 5,64 jam per hari, menyusul Argentina yang warganya menghabiskan 5,33 jam per hari.
Pada akhirnya, bagaimana pengaruh pertumbuhan sektor data center ini terhadap TOTL? Bagaimana perkembangan proyek JKT11? Jawabannya tentu ada pada waktu. Biarkanlah waktu yang menjawabnya.